Hey,
apakabar wirausaha muda? Apa ide terbaikmu hari ini untuk memulai
usaha? Jauh dari yang namanya jadwal kerja. Bisa memilih hari apa pun
untuk bekerja. Bersama siapa dan di mana saja. Ide terbaru saya bulan
ini mungkin bukanlah sesuatu yang baru. Orimoney.
Orimoney
adalah istilah yang saya buat sendiri untuk menamakan kesenian
melipat uang yang sekarang masih saya pelajari.
Ngapain
melipat uang? Saya sedang bereksperimen dengan beberapa bentuk yang
saya temukan di situs video nomor satu sekarang ini. Apa? Youtube!
Betul sekali. Saya belajar dengan menonton video. Membaca buku.
Terinspirasi dari sebuah buku yang memberikan tuntunan untuk membuat
mahar terlihat cantik. Tidak hanya 'membingkai uang' tetapi
benar-benar membuat uang sebagai sebuah dekorasi yang cantik dan
unik. Banyak sekali bentuk yang ingin saya coba buat. Meskipun sudah
lama sekali saya tidak bermain dengan kertas.
Melipat
kertas mengingatkan saya pada seseorang yang sangat saya cintai.
Kakek saya. Saya yakin setiap orang di dunia ini pasti memiliki
seseorang di luar dirinya untuk dicintai. Dicintai dengan dalam.
Kakek saya adalah sosok yang paling banyak memberikan dorongan pada
diri saya hingga saya menjadi diri saya yang sekarang. Sudah 10 tahun
berlalu tapi saya merasa dia masih ada di sana. Menunggu kedatangan
saya ke kampung. Berkumpul bersamanya lagi.
Dulu,
waktu kecil, saya belum mengenal yang namanya video game dan
sejenisnya. Mesin tik saja menurut saya merupakan sesuatu yang sangat
canggih. Apalagi netbook. Waktu saya belum sekolah, di rumah Aki
(begitu saya memanggil kakek saya), listrik saja belum ada. Sehingga
lampu minyak tanah adalah teman kami setiap malam. Lampu petromax
adalah surga di malam hari dan jarang bisa menyala. Maklum sudah tua
dan jaringnya suka terbakar. Entah bagaimana mengoperasikannya, saya
hanya melihat Aki kadang-kadang menyalakannya dan akan menerangi
seluruh rumah tanpa goyang cahayanya. Berbeda dengan lampu minyak
yang akan membuat hidung kita penuh kotoran ketika bangun pagi.
Saat
itu, mainan juga tak banyak di pasaran. Apalagi Aki hanya seorang
petani. Dia lebih memilih makanan dibandingkan membeli mainan untuk
cucunya. Saya tidak pernah marah soal itu. Sejak kecil saya sangat
suka makan. Makan apa saja. Bahkan saya bisa makan nasi hanya dengan
air putih. Terkadang nasi hangat dikasih garam dan minyak jelantah.
Minyak yang ternyata tidak sehat. Sering juga saya makan nasi dengan
air putih yang diberi gula. Bukan karena Aki tak punya uang untuk
membeli sayur dan ikan. Bukan seperti di acara 'Jika Aku Menjadi'.
Jauh dari itu semua, nasi dengan berbagai campuran itu adalah camilan
saya waktu kecil. Saya sangat mudah lapar. Saya gendut. Rambut tipis.
Dekil dan hitam. Tapi saya selalu suka mengenakan gaun setiap hari.
Kertas
di dalam bungkusan rokok adalah sesuatu yang terkadang membuat saya
takjub jika sudah berada di tangan Aki. Beliau akan membuatnya
menjadi berbagai bentuk yang tak saya bayangkan. Pakaian seperti
kemeja. Dress. Masih banyak bentuk lainnya. Tapi saya hanya mengingat
dua bentuk tersebut dengan jelas. Aki mengajarkan pada saya, bahwa
mainan itu adalah sesuatu yang kita buat dengan tangan kita sendiri.
Aki bahkan mengajarkan pada saya cara membuat kincir angin dari kotak
anti nyamuk bakar.
Beberapa
hari ini saya mengingat dirinya yang selalu menggendong saya semasa
kecil saat saya melipat uang kertas yang saya jadikan media buat
latihan. Tentu saja uangnya bukan uang beneran. Ini hanya uang hasil
fotokopi warna. Apabila saya sudah siap nanti, saya ingin menjadikan
'orimoney' ini sebagai lahan usaha saya yang baru. Tanpa meninggalkan
bisnis pulsa, ngeblog, Oriflame, oleh-oleh Kalbar, dan penyiar di
Radio Volare. Saya menyukai semuanya. Terutama orimoney ini. Membuat
saya merasa dekat kembali dengan Aki saya. Saya bahkan bisa mencium
bau minyak angin yang selalu dia gunakan sebelum tidur. Kulitnya yang
licin karena balsem dan keriput wajahnya. Dia pernah menggendong saya
tinggi hingga tangan saya bisa mencapai langit-langit rumah.
Menunjukkan pada saya bahwa dunia adalah sesuatu yang bisa kita
taklukkan.
Sayangnya
tak pernah sempat dia memegang novel karya saya. Dia hanya melihat
saya latihan dan akan mengomel karena saya tak pernah belajar sejak
di bangku sekolah dasar. Setiap hari saya hanya membaca dan menulis
cerita.
Ki,
hari ini pun saya masih terus menulis, tapi kali ini ceritanya
tentang kita berdua.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).