
Durian
sekarang tidak mengenal musim lagi. Kapan dia mau berbuah sepertinya
ya berbuah saja. Soalnya sepanjang jalan menuju Pasar Mawar selalu
saja ada orang yang membuka lapak menjual durian. Durian itu raja
segala buah. Buah ini memang favorit saya. Dulu karena jarang-jarang
ketemu buah durian. Sekarang? Di Pontianak durian selalu saja ada di
jalan yang sama. Bahkan banyak juga yang menjajakannya dengan sepeda
motor.

Makan
durian di lapak pedagang pinggiran jalan adalah pengalaman yang
menyenangkan. Karena, jaminan penggantian untuk buah yang rasanya
tawar atau rusak total. Sayangnya belum pernah menemukan buah yang
tawar. Mereka (pedagang buah durian) memang pandai memilah buah mana
yang enak untuk disantap. Saya pikir buah ini disukai semua orang,
ternyata setelah saya beranjak dewasa, saya menemukan tak sedikit
orang yang menolak untuk makan buah ini. Padahal bagi saya enaknya
bukan main.
Bagi
yang tidak suka akan mengatakan baunya yang bikin nggak enak. Tapi
buat penggemar buah durian tentu saja, baunya itu yang paling
dinantikan. Saya beruntung karena bertemu seseorang yang sangat
menyukai buah durian seperti saya. Saya sih makannya nggak banyak
tapi sering. Pernah saking seringnya darah saya naik dan kepala
sedikit pusing. Buat yang menderita hipertensi memang tidak
disarankan untuk makan buah ini.
Buah
durian mengingatkan saya tentang rumah saya di kampung. Nenek dan ibu
saya. Dua perempuan perkasa yang menjadikan saya ada dan membesarkan
saya. Dari rahim ibu. Dipelukan nenek saya. Saat masih kecil pertanda
kakek sedang punya uang lebih adalah adanya buah musiman yang akan
muncul di dapur. Entah itu buah durian, rambutan, atau cempedak.
Terkadang ada pula langsat dan duku. Sehingga jarang sekali saya
makan buah musiman tersebut. Soalnya kakek jarang punya uang lebih.
Begitu
juga dengan ibu, apabila sedang ada musim buah-buahan, hanya sesekali
dia akan membeli buah tersebut. Tentu saja buahnya akan dimakan
beramai-ramai dan habis dihari yang sama.
Belasan
tahun yang lalu, saya merindukan sekali saat-saat itu, kakek membawa
beberapa durian dan nenek akan menyembunyikan satu atau dua biji.
Apabila durian yang dibeli habis, besok atau lusa, durian simpanan
akan dibuat bubur kacang hijau dengan santan dan gula merah. Durian
yang dibikin bubur seperti itu bisa dinikmati beramai-ramai meskipun
hanya dibuat dengan satu dua buah durian. Berbeda dengan durian yang
langsung dimakan. Durian saat itu rasanya menjadi buah musiman paling
mahal di kampung. Siapa punya kebun durian, saya rasa akan menjadi
jutawan.
Berbeda
dengan cempedak, buah yang satu ini tak banyak yang mampu
menghabiskannya terlalu banyak. Memicu angin dalam perut sama seperti
nangka. Bisa kentut terus-menerus apabila memakannya terlalu banyak.
Nenek sering membeli buah ini karena harganya memang jauh lebih murah
dibanding durian dan isinya juga banyak. Buah ini paling sering
digoreng dengan tepung. Sama seperti pisang goreng. Rasanya enak dan
harum.
Mengapa
saya menulis postingan ini? Saya barusan makan durian di lapak
pedagang durian dan saya bertanya-tanya. Apakah nenek dan ibu saya
sudah makan durian musim kali ini. Meskipun tak mengenal musim lagi
tapi setidaknya pada saat durian membanjir akhir tahun nanti, saya
berdoa semoga mereka sudah membeli durian dan mencicipi durian tahun
ini. Nenek dan ibu saya hipertensi soalnya. Jadi mereka harus
berhati-hati untuk tidak memakan buah ini terlalu banyak. Jangan
sampai darahnya naik dan mereka jatuh sakit.
Bagaimana
denganmu?
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).