Sebelum berteman dengan
Ling-Ling sebenarnya saya sudah punya teman masa kecil. Tapi bukan perempuan. Melainkan
laki-laki. Panggilannya Sandi. Nama lengkapnya sih Boysandi meskipun sekarang
penulisannya berubah menjadi Boisandi karena kesalahan penulisan sejak di
ijazah sekolah dasar. Kedekatan kami sejak belum sekolah hingga sekarang. Bisa dikatakan
kami selalu bersama-sama.
Sekolah dasar enam tahun kami
lewati bersama. Berangkat dan pulang sekolah bersama. Setiap pulang sekolah
mampir ke rumahnya untuk makan siang dari tangan ibunya. Disuapin. Rumahnya dulu
berada di samping rumah nenek. Sekarang sudah dijual pada orang lain dan Sandi
tinggal di rumah barunya yang berada di sebelah rumah lamanya. Jadi tak begitu
terasa dia pindah, soalnya masih sangat dekat dari rumah nenek.
Tamat sekolah dasar kami juga
sekolah di sekolah menengah pertama yang sama meskipun Sandi pindah saat naik
kelas dua. Alasannya saya lupa. Dia pindah ke sekolah yang lebih dekat dari
rumahnya. Tertinggal setahun karena sempat menjadi anak yang melanggar
peraturan di sekolah. Kasus yang cukup berat mungkin untuk sekolah Islam. Lalu kami
sama-sama sekolah di SMA yang sama. SMAN 1 Pemangkat. Dua tahun menjadi
seniornya tak membuat kami merasa ada yang berbeda.
Tamat SMA, saya setahun
menunda pilihan untuk melanjutkan ke Universitas Tanjungpura karena ketiadaan
biaya. Setahun saya menghabiskan waktu di sebuah warung kelontong. Menjadi kuli
di sana. Paginya sekolah di sekolah bahasa asing. Bahasa Mandarin. Siang sampai
sore bekerja. Beberapa bulan kemudian menambah kegiatan dengan menitipkan kue
bolu buatan saya di beberapa warung kopi untuk menambah tabungan buat kuliah.
Ketika saya lulus SMPTN,
Sandi juga lulus. Satu kampus. Ah, seakan tak terpisahkan saja kami berdua ini.
Ibunya menyarankan saya untuk tinggal bersama Sandi di rumah kontrakan yang
sudah dipilihnya bersama teman-teman SMA-nya. Saya yang memang belum mengontrak
mengiyakan. Kedekatan semakin berlanjut dan merasa seperti saudara kembar. Hingga
sekarang, kadang kami masih berkomunikasi melalui pesan singkat atau pesan di
facebook karena dia sedang menempuh pendidikan S2-nya di Solo.
Menuliskan ini membuat saya
semakin rindu padanya. Rindu pada semua pertengkaran yang kadang terjadi. Dia yang
mengesalkan. Dia yang baik. Dia yang selalu mengerti dan selalu ada buat saya. Entah
selama ini saya sudah menjadi sahabat yang cukup baik atau belum buat dirinya,
yang saya tahu Sandi adalah sahabat baik sejak kecil saya yang sampai sekarang
masih membangun persahabatan itu. Detik ini pun, saya masih mengingat dia
sebagai sahabat saya meskipun jarak memisahkan.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).