Acara
makan prasmanan dimulai pukul 2. Tetapi pengantin baru bisa hadir di
pelaminan pukul 3 lewat. Saya pikir, perias
pengantinnya kurang profesional dalam bekerja. Pengantin lama
menunggu antrian untuk dirias setelah barisan pagar ayu. Saya? Saya
tidak jadi pagar ayu meskipun ikut dirias oleh perias pengantin.
Bukan menggunakan peralatan milik mereka karena saya takut sulit
membersihkan bedak yang menempel di wajah apabila menggunakan dempul
dan bedak yang disediakan perias.
Beberapa tahun yang lalu,
saat masih duduk di bangku kuliah, teman saya ini, sang pengantin
perempuan sempat menjalin asmara dengan lelaki yang berasal dari desa
yang sama dengannya. Semparuk. Lelaki itu saya tak mengenalnya
terlalu dekat. Hanya tahu wajah dan namanya.
Hubungan
mereka yang sebenarnya lebih lama dibanding jalinan cinta dua
pengantin yang sekarang telah menjadi suami istri, harus kandas
ditengah jalan. Penyebabnya? Tidak begitu saya ketahui karena tahun
2009 saya tidak lagi serumah dengan sahabat saya. Hingga sekarang
kami berada di kabupaten yang berbeda. Hanya berinteraksi melalui
pesan singkat. Saya dan dia memang bukan orang yang suka berkirim
pesan singkat untuk basa basi. Kami lebih suka mengirimkannya apabila
memang ada hal penting yang harus kami kabarkan.
Melihat sosok lelaki yang
seingat saya menjalin asmara dengan teman saya sekitar 3-4 tahun
datang sedikit mengejutkan. Saya memang mengharapkan kedatangannya.
Ingin melihat bagaimana sosoknya sekarang dan ekspresi seorang mantan
yang bersalaman dengan pengantin yang harusnya ia miliki. Tetapi
harus melihatnya bersanding dengan orang lain.
Selama saya sendiri
memiliki dua mantan kekasih yang sudah menikah dan saya memang tidak
menghadiri keduanya. Saya pikir saya tidak punya alasan untuk datang
dan tak ingin melihat orang yang pernah saya cintai memegang tangan
perempuan lain. Saya memang harus ‘move on’ tetapi tidak dengan
membawa kenangan melihat dia bersanding dengan orang lain. Apalagi
pernikahan mantan saya yang terbaru terjadi pada hari ulang tahun
saya yang ke-25.
Kembali
lagi ke pernikahan teman saya, sosok sang mantan yang sudah
menyelesaikan makannya terlihat kelabu. Wajahnya hampir tak
menunjukkan senyuman. Lama dia menekan layar ponselnya baru bangkit
menuju pelaminan untuk menyalami sang pengantin.
Saya tak melihat ekspresi
wajah dua lelaki yang mencintai wanita yang sama ketika bertemu atau
wajah teman saya saat mendapat ucapan selamat dari mantannya. Tapi
saya rasa saya tidak akan sanggup melihat orang yang pernah menjadi
kekasih saya bersanding di pelaminan dan saya harus mengucapkan
selamat untuk mereka.
Kamu? Bagaimana? Pernah
berada di situasi seperti itu?
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).