Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2012

TERKENAL DI DUNIA MAYA JADI TERKENAL JUGA DI DUNIA NYATA

Siapa yang meramalkan bahwa sekarang ini semuanya bisa ditempuh dengan dunia maya. Banyak orang yang eksis di dunia maya akhirnya benar-benar eksis di dunia nyata. Semua orang mengenalnya begitu saja. Kita sebut saja beberapa nama yang awalnya bukan seleb, seperti Greyson Chance atau Maria Aragon. Setelah mengunggah videonya di Youtube bisa menjadi orang yang dikenal oleh banyak orang, tidak hanya di negaranya, tapi juga di seluruh dunia. Bagaimana dengan saya? Awal mulanya saya memang berselancar di Friendster, kemudian akhirnya mulai mencicipi facebook, twitter, plurk, foursquare, blog, dan masih banyak lagi akun media sosial yang saya miliki. Kita mulai satu persatu ya? 1.       Facebook Sekitar tahun 2008 saya membuat akun di facebook dan mulai mencoba berbisnis kerudung di sana. Akun saya waktu itu namanya Hani Jualan Kerudung. Absurd banget ya namanya? Saya membeli beberapa kerudung polos yang kemudian saya desain sendiri dengan payet dan saya jual dengan harga y

Catatan Hati di Warung Kopi Winnie 2

Baiklah, saya masih saja menghabiskan sisa malam saya di Warung Kopi Winnie malam tadi. Saya membuat catatan lagi seperti malam sebelumnya. Selamat membaca. 27 Februari 2012 Sekarang saya berada di rute terbaru dalam kehidupan saya. Menjadi gadis nongkrong warung kopi. Malam itu lagnit cerah. Tidak ada gerimis menusuk tulang seperti malam sebelumnya. Saya mendapatkan meja di tengah. Malam ini saya mengajak beberapa teman, lelaki tentunya, untuk join di meja saya. Tapi mereka belum tiba. Entah akan menyusul atau tidak saya tidak benar-benar tahu karena saya tidak begitu peduli mereka akan menemani saya atau tidak. Warung Kopi Winnie ini mengingatkan saya pada seseorang yang sangat saya kagumi. Pay Jarot Sujarwo. Seorang penulis yang sangat produktif. Apa pun bisa dia tulis dan ramu menjadi buku. Bahkan cerita konyolnya sebagai orang udik yang keliling Belanda pun bisa menjadi buku dengan judul SEPOK. Saaya baru saja memesan buku ini. Belum membaca tapi dari halaman facebook

Catatan Hati di Warung Kopi Winnie

Berikut adalah tulisan yang saya ketik dari tulisan tangan saya semalam di Warung Kopi Winnie Jalan Gajah Mada, Pontianak Kalimantan Barat. 26 Februari 2012 Here we are . Semenjak menyandang status jomblo. Belum 1 bulan. Guncangan hebat dalam kehidupan saya rasanya adalah tahun ini. Berapa kalipun saya mencoba menunjukkan betapa bahagianya saya dengan kehidupan saya yang sekarang tetap ada sesuatu yang sangat mengganjal. Tidak akan ada yang menelpon hanya untuk mengucapkan selamat pagi atau selamat tidur. Intinya tidak ada seseorang yang benar-benar peduli dengan keadaan saya. Seseorang yang benar-benar ingin tahu kabar keseharian saya. Saya merasa diri saya terkunci dalam sebuah ruangan entah apa dan saya tidak tahu cara membuka pintunya. Saya rasa harus ada yang saya ubah untuk mendapatkan apa yang saya inginkan. Pasti ada yang salah dengan saya. Ada yang kurang yang harus saya tambahkan. Minimal saya harus mengubah rutinitas yang saya jalani selama ini.

Selamat Ulang Tahun Radio Volare

Selamat ulang tahun Radio Volare yang ke-39. Semoga terus mengudara dan jaya selalu.

Dari Balik Hati Senja [Bagian 4]

Cerita sebelumnya. Bagian 1 . Bagian 2 . Bagian 3 . Senja menatap sosok Sandy dari kejauhan. Dia memutar langkahnya ke jalur yang tidak biasa ia lewati. Saat ini, minimal detik ini, Senja merasa butuh waktu yang lebih panjang untuk tidak bertemu dengan Sandy. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa. “Nja, Senja!” Senja menoleh ke belakang dan menemukan sosok Nugrah. Sosok yang sekarang juga tak ingin ia temui. Tidak bisakah setiap cowok yang tidak ia inginkan jangan muncul di depannya. “Aku menyesal. Aku ingin kembali kayak dulu lagi.” “Tidak ada yang bisa kembali kayak dulu lagi Nu. Tidak ada. Bisakah setiap orang di dunia ini jangan mencariku?” Sandy yang sejak tadi mencari Senja menemukan dua sosok yang sangat dikenalnya. Setengah berlari ia menyusul Senja dan Nugrah. “Ada apa Nja?” Sandy menatap gadis yang terlihat kesal itu. “Aku mau pulang. Antar aku pulang.” “Aku saja…” Nugrah menawarkan bantuan. “Aku tidak ingin ber

Dari Balik Hati Senja [Bagian 3]

  Cerita sebelumnya Bagian 1. Cerita sebelumnya Bagian 2. Senja menyibak tirai jendela kamarnya. Matanya langsung bertemu dengan sepasang mata Sandy yang ternyata sudah berada di jendela seberang sana. Sudah mandi dan rapi. Senja baru saja bangun. Masih bau dan rambutnya awut-awutan. “Apa-apaan berdiri di sana mematung?” tegur Senja dengan kesal.   Sandy tak menyahut. Lelaki itu bergerak ke balkon kamarnya dan menyeberang ke balkon kamar Senja. Gadis itu hanya menggeeleng-gelengkan kepala sambil menarik napas. Sandy gelagatnya aneh sejak kemarin. Sekarang menyeberangi balkon seperti yang sering mereka lakukan sejak kecil? Bagaimana jika tetangga melihat itu? “Pagi Nja.” “Mau apa sih?” Senja menguap sambil meregangkan otot lengannya. Sandy memeluknya dari belakang. Sejenak Senja bisa mendengar detak jantung Sandy dari punggungnya sendiri. Tapi detak jantungnya tak kalah keras berdetak. Tak ada perlawanan yang datang darinya. “Aku harus mandi, lepaska

Dari Balik Hati Senja [Bagian 2]

Cerita sebelumnya Bagian 1. Senja melempar buku yang terpaksa dibelinya ke ranjang. Jenny sudah pulang. Sandy duduk di pinggiran jendela kamar Senja. Wajah mereka ekspresinya sangat bertolak belakang. Senja merengut dan Sandy menahan tawa. Gadis itu mengambil karet dan mengikat rambutnya dengan kasar. Rambutnya terikat seadanya. Mata mereka bertemu beberapa detik.   “Senang sekarang?” suara Senja yang jernih terdengar sangat ketus. “Aku tidak memintamu untuk berbohong pada Jenny, kamu sendiri yang bohong. Sekarang semua salahku?” “Setidaknya kamu bisa cari cara agar aku tidak perlu berada di antara kalian.” “Ada apa dengan Jenny? Dia salah apa sama kamu?” “Kamu tahu sendiri Jenny bukan tipe cewek yang cocok buat kamu. Kamu lihat saja, dia hanya mempermainkanmu. Kamu buat ya San? Dia tuh kerjaannya gonta-ganti pacar. Bukan hanya di kampusku tapi di semua kampus universitas kita. Bahkan anak-anak dosen yang berada di kampus lain pun pernah dipacarinya.” “Be