Ini tulisan agak panjang ya nyeritain pengalaman saya masuk UGD Bhayangkara Pontianak di Jalan KS Tubun (dekat Jalan Sumatera) dan menggunakan BPJS individu.
Jadi malam Sabtu itu sehari sebelumnya saya tertular batuk pilek dari anak-anak. Awalnya dari Momoy nular ke adiknya. Saya yang tiap hari menyusui ya mau nggak mau ikut tertular. Kalau sakit kepala sakitnya level satu, pilek level 3, batuk level 5. Masih bisa ditahan asal nggak asma ikutan muncul.
Kebayang nggak kalau sudah sakit 3 tadi, ditambah asma? Di rumah sudan ada inhaler. Beberapa tahun lalu waktu hamil Momoy pernah juga asma kambuh dan susah napas, waktu itu ke UGD Rumah Sakit Untan Pontianak. Terus pas pulang dikasih tahu buat menyimpan inhaler di rumah supaya nggak perlu ke UGD saat sesak tiba-tiba.
Biasanya dua kali semprot reda asmanya bisa napas normal seperti biasa. Terus kalau pileknya disertai hidung tersumbat saya pakai spray hidung juga, mereda pileknya. Kemudian Sabtu siang semakin sesak nih napasnya mulai ngikngik. Minum obat batuk terus pake inhaler lagi untuk melegakan napasnya.
Asma ini keturunan dari Aki saya, dulu beliau juga selalu asma dan sering minum neo napasin. Dia nggak punya inhaler. Beuh nggak kebayang sesaknya kayak gimana Aki setiap asmanya kambuh. Saya yang sudah pakai inhaler berkali-kali rupanya nggak reda-reda asmanya. Malah semakin sesak. Sekitar jam 11 malam malah makin susah napas. Ngomong aja sudah nggak bisa.
Akhirnya cepat-cepat ganti baju lalu ngebut ke rumah sakit terdekat. Sepanjang jalan napas rasanya sudah mau abis. Rumah sakit terdekat yang bisa nenerima BPJS Rumah Sakit Bhayangkara. Jadi langsung ke sana dan saat saya masuk napas udah benar-benar hampir habis dan petugas kesehatan sigap memeriksa kadar oksigen di dalam darah saya menggunakan alat inframerah. Normalnya kadar 95 ke atas itu baik dan 90 buruk. Nah saya berada di angka 92. Mendekati buruk ya gaes.
Lalu mereka menyarankan untuk terapi uap atau nebu saja dulu sebelum diambil tindakan yang lain. Prosesnya lumayan cepat yang lama adalah menggunakan alat nebunya. Waktu sudah selesai sebenarnya perubahannya nggak begitu banyak, tapi napas saya nggak sependek awal. Jadi sudah agak bisa narik napas panjang.
Saat sakit begini baru kita sadar bahwa kesehatan adalah harta yang paling berharga. Jadi jangan sayang investasi buat tubuh yang sehat ya bestie. Karena kalau sakit semua kenikmatan kita dicabut.
Terapi selesai terus dicek lagi kadar oksigennya sekarang 94. Terus saya juga diketahui hipertensi. Memang sejak hamil anak ketiga tekanan darah saya jarang rendah. Malah waktu pembukaan juga tinggi sekali. Biasanya diambil tindakan operasi untuk menghindari pendarahan berlebihan yang berujung kematian. Tapi karena pembukaan yang begitu cepat, bidan ambil tindakan memberikan obat penurun tekanan darah supaya lahiran tetap bisa normal.
Tadi malam saya diizinkan pulang setelah terapi uap dan diberikan untuk perawatan di rumah. Tidak perlu bayar sama sekali untuk semua tindakan karena saya punya BPJS. Kalau bayar pakai tarif umum lumayan ya gaes ya. Kamar UGD, terapi uap, ditambah obat. Berapa tu kalau dirupiahin?
Sekarang kondisi saya membaik, walaupun sepanjang malam nggak bisa tidurnya berbaring. Harus duduk supaya nggak batuk dan nggak sesak. Napas jug sudah kembali ke normal nggak kayak tadi malam. Idung tidak mampet lagi. Batuk juga sesekali aja karena mau mengeluarkan dahak.
Catatan: dari kami berlima, saya, suami, dan 3 anak, yang paling banyak menggunakan BPSJ untuk perawatan yang pembayarannya jutaan hanya saya. Pernah operasi amandel pakai BPJS dan gratis. Tiga kali lahiran juga pake BPJS. Check up, cabut gigi, perawatan gigi, dan terakhir masuk UGD lagi.
http://www.honeylizious.com/2022/08/masuk-ugd-lagi.html
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).