Beberapa bulan ini sebenarnya saya agak kesal dengan laptop yang saya
gunakan. Ingin menambah RAM tapi tak ada yang membantu memberikan
saran yang tepat. Sudah bertanya dengan beberapa teman namun
sepertinya tak ada yang memahami atau memang tak ada yang mau berbaik
hati membantu. Hingga saya lebih banyak bekerja menggunakan
handphone. Sebab laptop yang saya gunakan kinerjanya lambat sekali.
Sampai akhirnya saya pikir saya harus menginstall ulang distronya.
Namun saya tak tahu bagaimana caranya agar datanya tak perlu saya
pindahkan dulu ke harddisk. Sampai saya terpikir untuk menginstallnya
tanpa menyelamatkan datanya sama sekali.
Jadi laptop saya ini isinya adalah windows 10 dan juga Ubuntu Studio.
Ubuntu Studio awalnya saya pasang karena saya memang berniat untuk
menggunakan laptop untuk mengedit video yang rencananya akan saya
unggah ke channel saya sampai akhirnya ternyata saya lebih banyak
mengedit menggunakan smartphone. Sebab aplikasi android banyak sekali
yang dapat saya gunakan untuk edit video. Walaupun memang ada
keterbatasan jika mengedit di handphone, namun jauh lebih praktis.
Apalagi RAM smartphone saya lebih besar dibandingkan laptop.
Kepikiran mau ganti laptop tapi laptopnya masih bagus tak banyak
masalah kecuali ‘lelet’. Saya pikir solusinya memang upgrade
kapasitas RAM. Supaya lebih ‘kenceng’. Sayangnya tidak paham
caranya.
Sampai kemudian saya membaca caranya menghapus dual OS lewat
penghapusan partisi yang sempat saya sesali selama 15 menit pertama
setelah melakukannya. Soalnya saya menghapusnya tapi lupa bahwa
setelah itu saya harus menginstall OS untuk ‘membenarkan’ semua
hal yang ada di dalam laptopnya. Entah bagaimana saya menjelaskannya
dalam bahasa yang mudah dimengerti soalnya saya juga tak seberapa
paham.
Setelah menghapus partisi yang terjadi adalah laptopnya tak bisa
booting. Padahal masih ada Windows 10 di dalamnya. Logika saya
tadinya adalah hapus partisi Ubuntu Studio maka Windows 10 bisa jalan
sendirian. Ternyata bukan begitu caranya. Saya tetap harus
menginstall ulang laptopnya. Masalahnya adalah saya tidak punya CD
atau flashdisk yang berisi image iso yang bisa dipakai untuk
melakukan penginstallan ulang. Googling sana sini akhirnya bertemulah
cara untuk menginstall ulang laptop memanfaatkan android untuk
membuat image iso di flashdisk. Bagi saya yang memang pengetahuan
soal install-menginstall, dapat menginstall laptop dengan
memanfaatkan flashdisk, smartphone, dan kabel OTG adalah sesuatu yang
amazing. Tadinya laptopnya
tak bisa booting, sekarang sudah normal. Tidak sekenceng harapan saya
namun setidaknya tidak selelet atau hang seperti waktu masih
menggunakan Ubuntu Studio. Mungkin saya masih harus mempertimbangkan
menambah kapasitas RAMnya. Kita pikirkan hal tersebut tahun 2019
nanti. Kalau memang saya sudah ketemu jawaban untuk menambah RAMnya
bagaimana, kemungkinan besar akan saya lakukan.
Sementara menggunakan Ubuntu yang
oranye itu lagi. Seperti waktu pertama kali saya mengenal linux,
balik lagi ke kamu ya Ubuntu. Saya pikir saya tak perlu kembali ke
distro lama yang pernah saya gunakan. Namun setelah itu saya kembali
berpikir kalau memang Ubuntu yang biasa adalah yang paling aman untuk
digunakan, mengingat updatenya lebih sering dan juga pengembangnya
lebih banyak. Sehingga kemungkinan errornya kecil. Tidak seperti
Ubuntu Studio. Kalau memang ingin fokus mengedit video menggunakan
laptop saya pikir Macbook jauh lebih baik. Soalnya kebanyakan
youtuber menggunakan macbook saat editing video. Entah mengapa. Saya
sendiri belum pernah punya macbook jadi tak seberapa paham dengan
aplikasi yang tersedia di Macbook.
Itu dia sedikit curhatan saya
mengenai kesoktahuan saya menghapus partisi laptop. Sebaiknya tidak
dilakukan oleh tenaga tidak profesional. Tapi untuk praktik install
sendiri lumayan membantu ya. Sedikit panik. Tapi kemudian dapat ilmu
baru.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).