Jika menikah itu seperti salat, akankah kamu menunggu mukena kesukaanmu kering baru kamu salat atau menggunakan mukena yang mana saja asalkan bisa melaksanakan salat tepat pada waktunya? - Andika Ance', laki-laki yang namanya akan abadi sebagai binti dinamaku sendiri. Laki-laki yang sudah puluhan tahun ini menjadi pendamping hidup Umak. Duduk di kursi kayu yang selalu menjadi kebiasaannya sejak aku masih kecil. Belum ada kopi di atas meja seperti biasanya. Sebab dia duduk di sana bukan sedang ingin minum kopi dengan beberapa potong pisang goreng yang masih hangat. Dia menatapku tajam. Dahiku berkerut. Baru kali ini Ance' memaksakan keinginannya di atas keinginanku. Aku tak menunjukkan persetujuan. “Pokoknya, Ancek ndak mau tahu!” Suara keras Ance' membuatku pucat. Umak memecah kebekuan di antara kami berdua dengan meletakkan segelas kopi di meja dekat Ance'. “Mak...” Perempuan itu melirikku sebentar kemudian tak menyahut dan kembali beringsut ke dapur