Pacaran memang pakai cinta, tapi nikah butuh logika. - Rohani Syawaliah.
Saya seorang ibu rumah tangga dengan dua anak, anak pertama hampir tiga tahun dan anak kedua sudah dua bulan. Saya sudah 4 tahun lebih menikah. Waktu benar-benar cepat berlalu. Walaupun ada beberapa waktu yang terasa lebih panjang harinya. Seperti waktu akan melahirkan anak pertama. Itu benar-benar panjang. Tapi akhirnya ya lewat juga dan sekarang anak yang saya lahirkan dengan induksi itu sudah begitu besar dan sudah ngikutin abahnya pergi ke mana-mana.
Pas saya memutuskan akan menikah dengan suami saya yang sekarang memang nggak butuh waktu lama. Sebab saya berpikir memang sudah saatnya saya menikah. Bukan karena kami sangat mencintai satu sama lain. Namun lebih pada dua orang dewasa yang saling membutuhkan dan ingin membangun masa depan berdua. Saya percaya bahwa cinta itu bisa datang karena terbiasa. Kalau hanya modal cinta bakalan lama buat saya menikah dan sendirian di Pontianak itu menyebalkan.
Saya bukan tipikal istri idaman. Bukan tipe perempuan yang akan rutin memasak setiap hari seperti istri-istri lainnya. Pas saya merasa sempat atau ada mood buat masak ya saya masak. Kalau nggak antara dua saja, apakah beli atau suami saya yang kemudian memasak. Bukan juga tipe perempuan yang akan rajin mencuci baju, melipat lalu menyetrikanya. Alhasil pakaian kami sudah ada yang mencucikan. Tahun-tahun awal suami yang mencucinya. Sampai akhirnya anak pertama lahir. Semenjak itu kami berdua sudah tidak pernah mencuci pakaian. Rasanya banyak waktu terbuang untuk mencuci pakaian.
Bagaimana dengan beres rumah? Dikerjakan bergantian. Kadang saya kadang suami. Lebih sering suami sebenarnya. Terus tugas saya ngapain? Saya mengurus bisnis online dan nyusuin anak saja. Hal-hal di luar itu akan jadi hal yang dilakukan atau boleh ditinggalkan. Walaupun awalnya suami saya tentunya menginginkan istri yang ada dalam kepala dia sebelumnya. Istri yang pada umumnya. Kemudian pada akhirnya dia lebih memilih untuk membahagiakan istrinya saja dan melupakan tipe-tipe istri yang ada dalam pikirannya. Akhirnya dia menyadari bahwa setiap perempuan itu akan menjadi istri yang berbeda. Jangan bayangkan seperti 5 kakaknya.
Itu kekurangan saya yang terkadang membuat saya berpikir apakah dia tak menyesal menikah dengan saya? Perempuan yang sibuk dengan bisnis onlinenya dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk "main HP" yang akan terlihat sebagai "istri pemalas". Saya sih nggak begitu peduli pendapat orang ya. Selama suami saya adem ayem dengan kerjaan saya setiap harinya apa. Sebab saya juga ada banyak kelebihan lain yang mungkin tak dimiliki istri yang lain.
Saya hanya berpikir soal 10 tahun akan datang jika saya serius menjalankan apa yang saya rintis sekarang. Saya membayangkan anak-anak saya tak lagi mengalami kesulitan memilih pendidikan mana saja yang dia inginkan. Saya tak perlu LDR dengan suami. Kami bisa melakukan lebih banyak hal bersama di rumah. Keinginan saya adalah saat kami berusia 40 tahun keuangan kami lebih stabil dan kami bisa liburan ke mana saja setiap tahun atau kalau bisa setiap tahun 2 atau 3 kali. Itu yang membuat saya lebih memilih melakukan pekerjaan lain dibandingkan melakukan pekerjaan rumah tangga.
Lantas bagaimana dengan saya? Apakah saya menyesal menikah dengan suami saya?
Sejak awal saya hanya mencari suami yang sabar menghadapi segala kekurangan saya. Saya pikir suami saya sekarang adalah satu-satunya orang yang memenuhi bagian tersebut. Menghadapi emosi saya yang kadang seperti roller coaster. Tidak memperdulikan stereotype istri yang seharusnya. Tidak banyak menuntut. Seperti saya juga yang tak banyak menuntut dirinya harus jadi "suami pada umumnya". Sebab kami bukanlah pasangan "pada umumnya" dan tak ingin hidup seperti orang pada umumnya.
"Jadi menyesalkah kau menikah denganku?"
"Saya tidak akan melakukan sesuatu yang saya sesali dan tak akan menyesali apa yang sudah saya lakukan."
Selama ini saya selalu puas belanja di berbagai marketplace yang ada di Indonesia termasuk di Tokopedia. Karena selama ini pengirimannya yang saya gunakan ya itu-itu saja. Kalau nggak JNE ya JNT. Pernah juga menggunakan SiCepat. Sudah lama sekali tidak berbelanja di Tokopedia dan saya bulan ini ingin beli kamera dan di Tokopedia saya menemukan kamera yang saya inginkan. Prinsip saya begitu order langsung bayar supaya barang cepat sampai. Saya tidak sadar kalau pengiriman yang default di aplikasi adalah ekspedisi AnterAja. Tidak pernah menggunakan dan baru dengar. Karena saya pikir memang AnterAja melayani sampai ke Pontianak ya nggak ada masalah dengan pengirimannya. Sampai akhirnya saat tulisan ini saya posting, paket kamera yang saya beli tak kunjung sampai. Googling sana-sini. Buka twitter buat komplain hingga akhirnya menemukan banyaknya orang yang komplain dibandingkan puas dengan layanannya dan bahkan review di google juga jelek. Banyak sekali yang memberikan bintang satu. Terma
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).