Dulu,
saya sangat tergila-gila dengna pengakuan orang lain. Ingin dilihat
sebagai sosok yang ingin saya bentuk citranya. Pencitraan menjadi
sesuatu yang biasa. Tapi siapa sih yang ingin kita bohongi
sebenarnya? Kita bisa membohongi banyak orang dengan ‘citra’ yang
kita bangun namun apakah diri kita sendiri tidak muak dengan
kebohongan yang kita buat? Kita berseliweran di sosial media dengan
beragam ‘dongeng’ yang kita buat sendiri.
Tak
ada hidup yang sempurna. Mau apa pun keadaan kita. Mengapa harus
repot minta pengakuan orang lain? Bukankah yang harus mengakui hidup
kita adalah diri kita sendiri. Untuk apa pengakuan orang lain ketika
kita jauh lebih tahu fakta yang sebenarnya seperti apa. Mau ngotot
citra yang seperti apa pun toh pada akhirnya kita adalah diri kita
sendiri dan mendapatkan pengakuan orang lain tidak mengubah fakta
yang sebenarnya.
Beda
cerita kalau citra yang kita bangun untuk cari rezeki yang halal ya.
Saya maklum. Tapi saat kita membangun ‘citra’ tentang betapa
sempurnanya hidup kita. Keindahan di dalamnya. Bukankah kita sedang
membohongi diri kita sendiri? Bohong kalau kita adalah orang yang
paling bahagia di dunia ini dengan keindahan hidup yang kita punya.
Hidup tak akan indah jika kita tak merasakan ketidakindahan.
Satu
hal yang membedakan kehidupan kita dengan kehidupan tak sempurna
orang lain adalah bagaimana cara kita mensyukurinya. Bersyukur kita
menjadi diri kita yang sekarang dengan berbagai permasalahannya,
dengan apa yang kita punya, dengan apa yang kita tidak punya. Tak
perlu repot mengatakan pada dunia untuk meminta pengakuan bahwa kita
jauh lebih baik dari orang lain. Tuhan lebih tahu kok dan kita tak
bisa membohongi Tuhan.
Berbahagialah,
teman, tak perlu pengakuan dari orang lain.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).