Setelah menjadi ibu, banyak sekali hal sederhana yang terasa sangat menyenangkan. Satu diantaranya adalah melihat anak saya tidur dengan damainya. Seakan-akan seisi dunia ini adalah miliknya. Tak ada yang dia khawatirkan. Melihat tidur sangat menenangkan. Semua penat dan lelah berakhir begitu saja.
Saya pikir saya rela mengorbankan segalanya untuk membahagiakan anak saya. Tidak hanya Raza, tapi juga anak berikutnya yang akan hadir dalam kehidupan kami. Anak-anak yang tertidur sangat damai. Melepaskan lelahnya di tempat tidur tanpa perasaan khawatir.
Itu sebabnya saya tidak takut sejak awal untuk menikah dengan lebih mengedepankan komitmen dibandingkan cinta. Cinta bisa datang dengan sendirinya. Menikah saja dengan laki-laki yang baik. Kita akan bisa belajar mencintai laki-laki yang setiap hari kita lihat. Setiap malam menemani kita tidur.
Carilah laki-laki yang sabar dalam segala hal terutama menghadapi kekurangan kita. Sebab cinta bukan modal utama untuk membangun rumah tangga. Cinta bisa berkurang seiring berjalannya waktu. Apalagi setelah kehadiran anak bagi seorang ibu. Cinta pada anaknya akan mengalahkan semua cinta yang ada di dunia ini.
Tidur Raza yang damai, mengobati segala luka yang saya rasa saat melahirkannya. Segala sakit selama 24 jam kontraksi itu tak ada apa-apanya untuk melihat dia tidur dengan nyenyak dan damainya. Dia yang tercinta.
Saya dapat membayangkan perasaan ibu saya dulu. Saat mendapati anaknya tidur dengan nyenyaknya. Pulas dengan mimpi indah di dalamnya. Semakin saya mencintai Raza, semakin dalam pula rasanya rasa salah pada ibu saya dulu. Mengapa saya tidak menjadi anak yang baik untuknya sejak awal?
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).