Debaran
hari pertama kuliah sudah mulai berkurang. Tak begitu mengejutkan
lagi berada di dalam kelas bersama banyak orang yang masih harus saya
hapalkan namanya satu persatu. Ternyata saya masih memiliki kelemahan
yang sama. Susah mengingat nama orang. Tapi hari ini saya mengingat
beberapa lagi. Sebab saya memaksakan diri buat ingat. Ada rencana sih
buat minta kontak mereka. Apalagi kalau ada yang menggunakan
smartphone akan lebih gampang lagi. Masalahnya sih saya takut untuk
terlalu dekat dengan orang. Takut saling menyakiti atau hanya menjadi
pihak yang tersakiti.
Menyebalkan
lho harus berada satu kelas dengan orang yang menyakiti kita. Slow
down aja kali ya. Biarkan mereka yang meminta nomor hape saya atau
tukaran pin BBM. Kalau terpaksa alias berada di kelompok yang sama
untuk tugas mata kuliah tertentu ya sudahlah tukaran nomor hape
adalah keharusan bukan?
Seperti
sejak dulu, ternyata saya lebih nyaman untuk berinteraksi dengan
lawan jenis. Berbeda dengan perempuan. Saya akan jauh lebih lama
memiliki teman akrab perempuan dibandingkan laki-laki. Alasannya sih
karena laki-laki kebanyakan bisa menjaga perasaan teman perempuannya.
Banyak pertimbangan sepertinya di dalam kepala mereka. Entahlah. Apa
perasaan saya atau bukan?
Pengalaman
selama lebih dari 20 tahun hidup di dunia ini, laki-laki yang bisa
membuat saya sebal biasanya yang sifat perempuannya lebih menonjol.
Kalau laki-laki yang macho biasanya enggak. Belum genap seminggu
kuliah suami sudah nagih. Dia menagih postingan berbahasa Inggris.
Padahal jelas saya belum menguasai cara menyusun kalimat yang baik
dalam bahasa Inggris. Walaupun satu di antara dosen saya selalu
bilang bahwa tak ada salahnya mencoba dan membuat kekeliruan. Dari
sana kita bisa belajar banyak hal.
Iya
sih. Cuma malu aja gitu kalau ada tulisan yang amburadul bahasa
Inggrisnya. Hahahaha....
Sejauh
ini saya merasa kelas ABA saya selama 3 tahun ke depan akan
menyenangkan. Walaupun saya tidak tahu apakah saya akan benar-benar
mampu menyerap semua ilmunya atau tidak? Bagaimana nilai saya
nantinya meskipun bukan hal tersebut yang menjadi prioritas saya.
Tapi itu berpengaruh pada kelulusan. Saya tentu tak ingin berada di
ABA lebih dari 3 tahun bukan?
Apalagi
saya merencanakan untuk masuk STIE setelah lulus. Kemudian mengambil
ilmu lain lagi setelah itu. Banyak ya kayaknya jalan yang akan saya
lewati?