Ternyata
bisa menulis saja itu kadang belum cukup untuk memenuhi tuntutan
kerja, apalagi kalau punya kegiatan seabrek yang menyita waktu.
Sebagai seorang perempuan yang sudah menikah memang banyak hal yang
membuat saya harus merelakan waktu menulis saya berkurang. Tapi
deadline tulisan suka gila-gilaan dan saya harus menulis dengan
sangat cepat untuk menyelesaikan semuanya. Untungnya saya sudah
melatih diri tahun lalu mengenai hal ini. Memang sih sekarang saya
tak menulis ampai 12 postingan lagi setiap hari. Namun setidaknya
dengan terbiasa menulis sebanyak itu setiap hari Desember 2013,
sekarang dituntut menulis 6-10 tulisan sehari tak begitu memberatkan.
Saya
ingat betul beberapa tahun lalu, saya hanya seorang mahasiswa yang
berasal dari kampung dan mengetik satu halaman saja menghabiskan
waktu tiga jam. Berantakan pula. Kesalahan pengetikan di mana-mana.
Menyebalkan sekali waktu itu. Hingga akhirnya saat saya sudah punya
laptop sendiri tahun 2007 segalanya berubah. Pelan tapi pasti saya
mulai bisa mengetik. Terbiasa menarikan jemari saya di atas papan
ketik. Sekarang kecepatan mengetik saya lumayanlah.
Buat
siapa pun di luar sana yang punya hobi yang sama dengan saya. Suka
menulis. Tak ada salahnya untuk latihan mengetik dengan cepat.
Menuliskan ide-ide dengan terampil di papan ketik. Sehingga ketika
suatu hari dituntut untuk menyelesaikan tulisan dalam waktu yang
pendek tak mengalami banyak masalah. Apalagi sekarang banyak sekali
lomba menulis yang akan membuat kita terkejar sana-sini untuk
menyelesaikannya.
Untungnya
suami adalah orang yang sangat pengertian. Saya hanya mengalami
mandek berpikir kalau lapar. Sisanya masih bisa diatasi dengan baik.
Sekarang saya juga harus menulis dengan cepat. Mau bagus atau tidak
tulisannya tak menjadi soal. Toh pada akhirnya, semua hanya soal
selera pembaca. Bisa jadi menurut pembaca yang suka dengan tulisan
ini akan mengatakan betapa bagusnya hasil ketikan saya. Berbeda
dengan orang yang memang tidak suka. Mau sebagus apa pun saya
menulis, dia tetap akan mengatakan tulisan saya jelek. Jelek sekali
malahan. Jadi kalau ada yang menghina tulisanmu jelek, jangan
langsung kecewa. Bisa jadi tulisan kamu tak sesuai dengan selera dia.
Bukan
masalah yang besar kalau ada yang suka dan tak suka dengan tulisan
kita. Paling penting kita bisa terus menulis bukan? Bersyukurlah
kalau kita punya tangan dan jemari yang lengkap buat digunakan
menulis di blog atau buku. Toh banyak juga orang yang tangannya hanya
satu atau jemarinya tidak sebanyak yang kita punya masih mau menulis.
Bahkan bisa menjadi penulis kenamaan. Di mana letak rasa syukur kita
kalau kita masih mengeluhkan tentang 'tulisanku kok dibilang jelek
ya?'. Kalau sudah sering dikatai seperti itu, lama-lama kita akan
kebal kok.