Lagian saya bukan kambing kok, yang harus punya anak baru bisa memberikan penghasilan. - Rohani Syawaliah
Baiklah,
entah ini orang keberapa yang kayaknya bakalan dapat uang setumpuk
kalau berhasil merecoki hidup saya dengan kalimat yang berbunyi
'jangan menunda kehamilan'. But hey, dia bukan orang yang pertama dan
tentu saja bukan orang yang terakhir. Percaya deh akan lebih banyak
orang yang muncul dengan hal yang kayak gitu-gitu juga.
Let me
ask you, apakah kehidupan manusia itu harus punya cetakan yang sama.
Musti yang seragam? Harus ada tolak ukur tertentu. Misalnya siapa
paling cepat sekolah dan bisa selesai kuliah lebih duluan jaminan
masuk surga? Apalagi yang bisa cepat menikah dan punya banyak
momongan.
Bukankah
kehidupan ini adalah kebahagiaan yang kita butuhkan. Untuk bahagia
cukup dengan mensyukuri yang ada dan tidak merecoki yang belum ada.
Kalau belum dikasih ya itu artinya Allah sedang memberikan kesempatan
saya untuk melakukan hal yang lain. Hal-hal yang tak bisa dilakukan
perempuan hamil.
Gini
deh ya, saya belum setahun menikah dan semua orang menyarankan untuk
cepat punya anak. Jangan menunda kehamilan. Terus mereka mau bantu
ngurus anak saya nantinya? Mau bayarin rumah sakitnya kalau saya
melahirkan? Kalo enggak, enggak usah ngomong sih ya.
Saya
klarifikasi deh buat yang kira-kira akan menanyakan atau memberikan
'nasihat' buat saya. Saya tidak menunda kehamilan. Saya tidak
kelelahan seperti yang orang lain kira. Saya bisa menyelesaikan
tulisan panjang ini dalam waktu kurang dari 20 menit kok. Jadi kalau
kecapean gara-gara ngeblog kayaknya enggak. Ada yang menganggap saya
menunda kehamilan?
Gini
deh, saya menunda atau enggak emangnya urusan siapa? Pengen sekali
bilang 'masalah buat lohhhh' tapi saya sudah terlalu lelah untuk
ngomel kayak gitu ke ibu-ibu yang meninggalkan anaknya di rumah orang
tuanya demi pekerjaannya sekarang.
Saya
tidak menunda kehamilan. Tidak kelelahan. Dalam kondisi yang
sebenarnya bisa hamil. Tapi saya selalu mensyukuri apa yang dikasih
dan yang nggak dikasih. Kalau Allah belum ngasih kehamilan sama saya
itu artinya Dia memberikan kesempatan saya untuk mengejar sesuatu
yang lain. Memangnya salah hamilnya nanti-nanti aja? Mak Ning dapat
anak umurnya 34 tahun lho. Baik-baik aja tuh.
Tenggang
waktu yang sekarang ingin saya manfaatkan untuk menimba ilmu lagi.
Sebanyak mungkin. Supaya anak saya nantinya bisa belajar banyak hal
sama saya. Setidaknya saya bisa menjadi guru terbaiknya di rumah.
Saya bukan tipikal ibu yang akan memilih untuk duduk di depan meja
kerja di kantor dan menyerahkan anak saya sama baby sitter. Nope!
Saya nggak mau anak saya kehilangan sosok saya sepanjang hari dan
saat dia tertidur pulas saya baru pulang.
Tak
ingin mengulangi masa kecil saya sama anak saya nanti. Umak tak
benar-benar punya banyak waktu luang. Bahkan saat saya menikah dia
hanya hadir dua hari kemudian kembali lagi ke Jawai Selatan. Anak
mana yang tak ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan ibunya?
Perempuan yang telah melahirkannya?
Mendingan
mana, belum punya anak atau punya anak tapi ditinggal sama baby
sitter?
Buat
yang muslimah pasti tahu betul bahwa tempat terbaik bagi perempuan
adalah di rumah. Menjadi istri dan ibu. Saya tidak akan merecoki
hidup orang yang memutuskan untuk meninggalkan anaknya sama baby
sitter selama dia tidak merecoki hidup saya yang masih menikmati
masa-masa tahun pertama pernikahan.
Tujuan
utama saya menikah hanya ingin bahagia dengan seseorang yang bisa
menemani saya setiap hari setiap malam. Jika nantinya mendapatkan
anak, alhamdulillah ada bonusnya.
Cuma,
buat kalian di luar sana yang sudah punya anak dan merasa wajib
menasihati orang lain mengenai 'nggak-boleh-lho-nunda-kehamilan',
coba kalian pikir, bagaimana jika orang yang kalian anggap bicara itu
seperti teman saya yang sudah 10tahun menikah dan ternyata memang
mandul? Kepikiran nggak gimana rasanya?
Itu
sama rasanya dengan kalian mendapat pertanyaan 'kok kamu mau sih
ninggalin anak kamu sama baby sitter yang pendidikannya di bawah
kamu, itu anak kamu lho, masa kamu rela dia dididik dengan cara baby
sitter dan kamu sendiri di kantor?'. Nggak enak lho rasanya. Baik
yang pertama atau yang kedua.
Hingga
hari ini saya hanya bisa mensyukuri, walaupun Umak tak punya banyak
waktu buat saya, dia adalah seorang ibu yang paling pengertian di
dunia ini. Tak pernah sekalipun saya mendengar dia menanyakan saya
sudah hamil atau belum. Bahkan tak sibuk merecoki saya menunda
kehamilan atau enggak. Sudah minum vitamin apa aja. Dan masih banyak
pertanyaan yang tak perlu saya dengar lainnya dari orang lain, dia
tak menanyakan apa-apa. Sebab dia percaya dengan apa yang saya
lakukan.