Pernah
nggak sih ketemu orang yang dengan seenaknya melabeli seorang
perempuan dengan kata 'janda'. Kalaupun dia memang janda terus
kenapa? Ada yang salah ya dengan menjadi janda? Istri Rasulullah juga
dulunya banyak yang janda. Sekali lagi deh saya tanya, sama semua
yang baca tulisan ini. Sejelek itukah status janda di mata kalian?
Seberdosa itukah menyandang status janda? Apa sih yang kalian
pikirkan ketika seseorang mengakui kalau dirinya adalah janda?
Janda.
Saya
mengenal banyak perempuan yang akhirnya menjanda dengan beragam
alasan. Mau baik atau buruk alasannya, saya pikir itu bukan urusan
saya. Saya tidak punya hak untuk melabeli mereka dengan kata 'janda'.
Apalagi sampai menyebutnya dengan cara merendahkan. Setiap orang
punya statusnya masing-masing. Setiap orang punya aibnya
masing-masing, tak perlu menjadi sukarelawan untuk mengumbar
kekurangan orang. Kalau bisa menjadi orang yang baik mengapa kita
harus memilih menjadi orang yang menyebalkan.
Pernahkah
kita memikirkan bagaimana rasanya menjadi perempuan yang mendapatkan
label tersebut? Pernahkah kita membayangkan jika yang dilabeli
seperti itu adalah saudara kita. Bahkan ibu kita. Bagaimana rasanya?
Saya
hampir menangis mengingat bagaimana dengan mudahnya seseorang yang
saya anggap terpelajar melabeli seorang perempuan dengan kata
'janda'. Nada pengucapannya merendahkan. Tak dapat saya bayangkan
jika saya yang dilabeli seperti itu. Walaupun saya tahu, saya lebih
suka hidup tanpa memikirkan apa yang orang lain katakan tentang saya.
Tapi ketika kita mendapati hinaan seperti itu yang ditujukan pada
kita bagaimana rasanya?
Kita
tak perlu jadi orang yang baik kalo itu sulit. Setidaknya jangan
menjadi orang yang dengan mudahnya menzalimi orang lain. Simpan dalam
hati sajalah apa yang ingin kita labelkan. Simpan buat diri sendiri.
Sungguh mengiris hati saya harus mendengar seorang lelaki melabeli
seorang perempuan yang saya hormati sebagai janda.
Berputar-putar
pikiran saya mempertanyakan 'Kalo memang dia janda terus kenapa?
Kenapa? Ada yang salahkah dengan statusnya?'
Memang
dia bukan ibu saya, bukan saudara saya. Hanya seseorang yang
memberikan ilmunya buat saya. Tapi saya juga seorang perempuan dan
saya benar-benar terluka mendengar seorang perempuan dilabeli seperti
itu. Hancur. Saya kecewa tak bisa mengatakan apa-apa saat berulang
kali dia menyebut perempuan itu sebagai janda. Perempuan itu manusia
lho. Punya perasaan. Punya hati. Apakah dirinya tidak dilahirkan oleh
seorang perempuan sehingga merasa nyaman melabeli orang dengan kata
'janda'? Tidak cukup sekali saya mendengar kata 'janda' itu hari ini.
Dia menyebutnya berkali-kali dan berkali-kali pula saya tak bisa
mengatakan apa-apa.
Saya
harus menelan semua kata-kata yang ingin saya muntahkan. Saya hanya
bisa menuliskannya di sini dan berharap semua orang di luar sana yang
suka melabeli orang lain dengan kata 'janda' dan kata tidak pantas
lainnya, saya mohon dengan sangat pikirkan kembali sebelum
mengeluarkan label tersebut. Lihat ke belakang. Bercermin pada diri
sendiri dan tanya, apakah aku sudah cukup sempurna untuk melabeli
orang lain. Apakah aku sudah pasti masuk surga? Bagaimana rasanya
kalau aku yang dilabeli?
Saya
tidak akan pernah lupa dengan Anda. Anda yang telah membuat saya
menangis banyak sekali hari ini. Anda yang telah melukai hati saya
sebagai perempuan dengan melabeli perempuan lain dengan kata 'janda'.
Buat semua janda di luar sana, be strong I am with you.