Pagi
itu saya bangun sangat awal. Biasanya habis salat subuh langsung
tidur lagi atau baring-baring di ranjang main game. Tapi hari itu
berbeda. Tanggal 15 September 2014 adalah titik di mana saya akhirnya
menjalani mimpi saya yang lain. Ketika saya masih duduk di bangku
SMA, saya selalu membayangkan akan kuliah di ABA. Akademi Bahasa
Asing yang sudah lama berdiri di Pontianak. Ratusan kilometer dari
tanah kelahiran saya. Saya tak membayangkan soal biayanya atau
keadaan kampusnya seperti apa. Saya hanya ingin kuliah di sana.
Hingga
akhirnya saya harus memendam keinginan itu dalam-dalam. Kadang sempat
memikirkannya kembali. Tapi terbentur masalah biaya. Sebab mau kuliah
saja, Umak langsung mengatakan dia tak punya uang untuk biayanya.
Bekerjalah saya di sebuah toko kelontong untuk mengumpulkan uang
untuk kuliah nanti. Setahun berlalu dengan cepat. Tapi lagi-lagi
impian kuliah di ABA harus saya simpan lagi. Sebab Umak hanya punya
biaya untuk menguliahkan saya di kampus negeri. Itupun dengan catatan
saya harus berusaha menghasilkan uang makan sendiri untuk bertahan
hidup.
Hidup
keras ya!
Namun
saya mensyukuri semua itu. Sebab tanpa adanya sedemikian banyak
masalah itu, saya tak akan berada di titik ini sekarang dan
mewujudkan impian saya untuk kuliah di ABA 10 tahun kemudian.
Hari
pertama itu sedemikian mendebarkan. Jantung saya berdetak sedemikian
cepatnya. Saya gugup karena akan berada di antara banyak orang baru
yang sama sekali belum saya kenal sebelumnya dan saya yakin sebagian
besar di antara mereka usianya jauh di bawah saya. Paling tidak 8-10
tahun di bawah saya.
Berada
di bangku paling depan cukup membantu menghilangkan gugup itu sebab
dengan duduk di depan, saya tak perlu di tatap banyak orang secara
langsung. Mereka hanya bisa menatap punggung dan kepala saya.
Sebenarnya saya memang suka duduk di depan sebab dari duduk di bangku
sekolah dasar, kakak sulung saya selalu bilang, kita harus duduk di
tempat yang paling dekat dengan meja guru. Kebiasaan itu akhirnya
saya lakukan setiap naik kelas bahkan sampai duduk di bangku kuliah.
Walaupun sesekali saya menikmati juga berada di belakang.