Berapa
kali kamu menekan tombol delete saat menulis sebuah postingan buat
blog? Hanya gara-gara pilihan kata yang kurang cerdas arsanya atau
kalimatnya aneh? Saya lebih sering menekan tombol delete untuk
memperbaiki kata yang typo
sebab saya jarang membaca ulang tulisan yang saya buat. Sekarang saya
lebih suka membiarkannya begitu saja. Kalau ada yang ingin saya
tambahkan tinggal saya ketik saja. Menghapus banyak kata atau bahkan
menghilangkan satu dua halaman bukan cara saya saat menulis. Apalagi
kalau untuk postingan di blog.
Saya
sudah lama sekali melupakan cara menulis yang sempurna. Saya pikir
biarkan saja tulisannya seperti itu. Cukup selesai saja. Sebab
tulisan sempurna tak akan pernah menjadi tulisan kalau tidak
diselesaikan. Kadang itulah masalah kita sebagai penulis. Kita
terlalu takut dengan ketidaksempurnaan. Rasanya kita harus menulis
yang bagus baru bsia dipublikasikan. Coba deh baca tulisan orang
lain. Banyak kok yang menulis banyak dan menulis sebagaimana yang
mereka bisa. Bukan tulisan yang akan membuat orang berdecak kagum.
Sekadar
memberi manfaat sudah lebih dari cukup untuk sebuah tulisan. Tidak
buat orang lain tak mengapa. Paling penting tulisan itu telah
memberikan manfaat buat kita. Bermanfaat buat menuhin blog. Kalau
blog berbayar jarang diisi sayang juga kan. Mubazir. Hehehe...
Dulu
saya pikir tulisan yang sempurna itu tulisan yang bisa membuat orang
tertawa. Menghibur banyak orang. Mendapatkan banyak fans dengan
menulis di blog karena kelucuan yang kita berikan. Ternyata saya
bukanlah orang yang bisa sering menulis hal yang lucu. Saya lebih
mudah menjadi orang yang lucu dibanding penulis yang lucu. Toh
penulis lucu di luar sana sudah banyak. Tak ada salahnya menjadi
penulis yang tidak lucu bukan? Walaupun kadang ada juga tulisan saya
yang bisa membuat orang lain tertawa.