Sebelum
membaca tulisan ini, supaya lebih nyambung silakan baca tulisan
Bagian 1.
Kak
Long itu cantik. Pacarnya banyak. Tapi dari dia saya mendapatkan
pelajaran berharga bahwa siapa saja bisa menjadi cantik tapi
kecantikan bukan hal yang utama untuk mendapatkan pasangan. Sebab
pada akhirnya laki-laki butuh seorang perempuan yang mengerti keadaan
mereka. Bukan yang menuntut ingin perhatian hanya untuknya dan tak
pernah memberikan kepercayaan sama sekali padanya.
Umak
adalah orang yang paling banyak memberikan motivasi buat hidup saya.
Sedangkan Kak Long adalah contoh besar sebuah pembelajaran penting di
dalam kehidupan. Walaupun diberikan Allah 'untuk tidak ditiru' atau
'don't try this at home'. Namun saya sangat beruntung memiliki kakak
sulung seperti dia. Beda sih dengan beberapa tahun sebelumnya saya
sangat membenci kehidupan saya yang sendirian dan harus jauh dari
orang tua gara-gara memiliki kakak sulung seperti dia. Saya pikir,
dia membuat kehidupan saya menjadi tidak normal.
Sejak
kecil dia akan diberikan pakaian terbaik dan termahal sedangkan saya
dan adik perempuan saya akan mendapat yang termurah dan serupa pula.
Memang sih rata-rata orang tua akan membelikan barang yang serupa
untuk anak perempuannya. Tapi kakak sulung saya pasti akan marah
besar jika mendapatkan barang yang sama dengan dua adiknya. Adik saya
sendiri mengalami siksaannya beberapa tahun kemudian setelah kakak
sulung pindah dari rumah Uwan kembali ke rumah Umak. Sekarang adik
saya sedang menikmati petualangannya menjadi guru kontrak di NTT.
Menjauh juga dari rumah karena akan disiksa juga jika bertemu. Paling
tidak dia akan memaki adik saya kalau tak bisa menyentuh fisiknya.
Dulu
saya marah dengan kehidupan saya sendiri. Betapa kesalnya saya karena
tak bisa seperti orang lain yang punya 'rumah' untuk pulang. Saya tak
bisa pulang jika tak ingin disiksa. Hingga sekarang pun saya memilih
untuk tidak pulang sebab bukan saya saja yang akan disiksa melainkan
Umak juga. Biasanya dia akan memalak sejumlah uang dari Umak saat
mengetahui kami pulang. Lebaran tahun lalu dia meminta dibelikan
rumah karena saya pulang membawa sepeda motor.
Terdengar
gila? Itu kakak sulung saya. Kakak yang akhirnya saya sadari adalah
sebuah keberuntungan yang diberikan Allah untuk saya. Bukan
ketidakberuntungan. Bukan karena Allah sengaja ingin menghancurkan
kehidupan saya satu-satunya. Sebab dengan memberikan kakak sulung
seperti dia, Allah ingin saya menjadi diri saya yang sekarang. Saya
yang mencapai semua target di dalam kehidupan saya sendiri. Ini hanya
satu ujian paling besar di dalam kehidupan saya. Paling penting lagi
Allah ingin melihat saya menadahkan tangan sembari mengucapkan syukur
untuk semua penderitaan yang diberikan Kak Long.
Satu
di antara luka yang dia berikan masih ada sampai sekarang di paha
kanan saya. Membesar seiring ukuran tubuh saya yang membesar. Luka
itu dulunya tak sepanjang itu. Sekarang sedemikian panjang lukanya.
Luka yang akan selalu mengingatkan pada seorang perempuan yang
dulunya sedemikian bersinar di dalam kehidupannya, sekarang cahaya
itu meredup. Akhirnya dia hidup sendiri di rumah yang Umak belikan
dengan tambahan uang dari saya.