Ini
akan menjadi bagian penutup untuk tulisan panjang saya sebagai bentuk
terima kasih saya untuk Kak Long yang telah memberikan penderitaan
yang sangat panjang dalam kehidupan saya. Semoga Umak, Abah, dan
adik-adik saya yang juga diberikan penderitaan olehnya bisa
mengucapkan rasa syukur untuk semua penderitaan itu.
Saya
tidak akan pernah menikah dengan M. Arief Eka Putra jika saya tidak
memiliki Kak Long seperti dia. Sebab setelah selesai kuliah pastinya
saya akan pulang ke kampung halaman. Mungkin akan menjadi guru di
sana. Menemukan jodoh sesama guru pula. Punya anak kemudian menua.
Tapi Allah punya rencana lain. Dia sudah menyiapkan jodoh saya di
Pontianak. Tanah yang tak bisa saya tinggalkan. Satu-satunya tempat
saya bertahan hidup sendirian. Allah sudah membuat skenario supaya
saya tetap berada di sini.
Saya
dipertemukan dengan teman-teman dari Pesta Blogger tahun 2010 yang
membuat saya membuat blog baru dan belajar mengisinya. Tahun 2011
mendapatkan blog ini, Honeylizious.com, sebagai hadiah ulang tahun
dari seorang teman. Lalu melalui perjalanan yang cukup panjang,
menang banyak lomba, yang akhirnya membuat saya memiliki smartphone
Lenovo A800, yang sekarang sudah rusak. Lewat smartphone tersebut
yang saya install WeChat saya dipertemukan dengan suami saya yang
kantornya tak jauh dari tempat saya bekerja.
Bertahun-tahun
kami bekerja di jalan yang sama, bertahun-tahun dia melewati kantor
saya demikian pula saya sendiri. Bahkan dia sering mendengar suara
saya mengudara di Radio Volare bertahun-tahun. Tanpa menyadari bahwa
inilah perempuan yang akan dia nikahi tahun 2013 nanti.
Seandainya,
saya tidak memiliki kakak sulung seperti Kak Long, kami mungkin tak
ditakdirkan untuk berjodoh. Tahun 2013 itu saya akhirnya menyadari,
inilah alasan terbesar Allah memberikan kakak sulung seperti dia
untuk saya. Entah apalagi rahasia yang akan Allah tunjukkan melalui
kakak sulung yang saya miliki itu.
Di
sini saya juga sudah punya orang tua. Punya Mamak (ibu mertua), punya
Mamie, dan Ayah. Untuk menggantikan keberadaan Umak dan Abah yang
sebenarnya tak begitu jauh, hanya terpisah beberapa ratus kilometer
tapi tak bisa saya temui. Di sana ada Kak Long yang menghalangi
pertemuan kami.
Saya
tak lagi marah dengan keadaan yang saya jalani. Apalagi sekarang saya
sudah berdua. Sudah ada bahu untuk bersandar. Terima kasih Kak Long,
untuk semua penderitaannya. Karena melalui semua penderitaan itu
akhirnya, adikmu ini menjadi seorang Rohani Syawaliah yang menuliskan
ini. Semua impian yang pernah saya tuliskan sekarang alhamdulillah
sudah terwujud dan sekarang saya sedang menuliskan impian-impian baru
untuk diwujudkan.
Jika
saja Kak Long bisa menyadari kebaikan Allah untuk kehidupan kita dan
memiliki sedikit rasa syukur saja di dalam kehidupan ini, saya yakin
hidup Kak Long tak akan sendirian seperti sekarang. Lepaskan rasa
benci dan iri itu, ikhlaskan yang sudah lewat dan cobalah untuk
berbahagia sedikit saja.
Lepaskan Long, lepaskan saja.