Dia
selalu bilang bahwa dia seharusnya anak tunggal. Sehingga bisa
menguasai semua harta orang tuanya. Padahal harta orang tua saya tak
seberapa. Orang tua saya bukan orang kaya kok. Walaupun sekarang
kehidupan orang tua saya alhamdulillah sudah lumayan enak. Tak
berkekurangan seperti dulu lagi. Setidaknya bisa makan enak tiap
hari. Nggak kayak dulu yang mikirnya, besok masih bisa makan nggak
ya. Maklum Umak saya hanya seorang guru dan Abah petani yang tak
begitu sukses. Lebih banyaknya lagi Abah tak bekerja. Bisa dikatakan
Umak yang menopang kehidupan keluarga sepenuhnya.
Keadaan
itu yang sering membuatnya marah dengan kehidupannya. Dia bilang
seharusnya dia bisa hidup seperti anak-anak lain. Berkecukupan jika
punya Abah yang berpenghasilan banyak. Padahal saya yakin banget, di
luar sana banyak juga yang tak punya Abah atau Abahnya tak bisa
menghasilkan uang karena fisiknya lemah atau apa pun alasannya pasti
ada. Anak-anak yang hidupnya tak jauh beda dengan kami. Hidup miskin
semasa kecil membuat dia suka menyalahkan keadaannya sekarang.
Bukannya yang paling penting bagaimana kita di masa sekarang?
Bagaimana kita mengubah keadaan yang tidak menyenangkan itu menjadi
lebih baik?
Saya
dilahirkan dari orang tua yang sama tapi memang jalan kehidupan yang
kami jalani akhirnya berbeda. Sebab saya memandang segalanya berbeda
dengan cara Kak Long melihatnya. Bagi saya itu semua sudah suratan
nasib dan bukan penentu penderitaan kita selanjutnya. Buktinya,
penderitaan yang diberikan Kak Long untuk kehidupan saya membuat saya
lebih kuat untuk berdiri sendiri dan memaksa diri untuk mandiri
secara finansial sehingga tidak perlu meminta bantuan keuangan dari
orang tua.
Titik
balik di dalam kehidupan saya yang sempat saya rutuki tahun 2012
lalu. Masih awal tahun 2012, seingat saya Mei 2012. Saya masih
ngekost bersama adik bungsu saya. Waktu itu saya masih menjalin
komunikasi dengan kakak sulung saya. Walaupun sebenarnya saya capek
membalas semua pesan yang dia kirimkan. Karena saya juga punya
kehidupan yang cukup menyibukkan dan menyita waktu saya. Terakhir
kali dia mengirimkan pesan singkat saya telat membalasnya. Itu yang
membuat dia marah besar dan akhirnya saya meledak.
Saya
jelaskan saya sudah capek membalas semua pesannya. Akhirnya dia
mengambil kesempatan itu untuk memisahkan saya dari adik bungsu saya
dan mengambil semua yang saya punya. Karena memang sepeda motor dan
laptop saya itu dibelikan oleh Umak. Jadi baginya, semua yang
dibelikan sama Umak adalah miliknya. Dia bilang itu Umaknya bukan
Umak saya.
Kesabaran
saya habis sudah. Saya relakan dia datang ke Pontianak dan mengambil
semuanya. Tapi dengan syarat dia tak boleh lagi mengganggu kehidupan
saya. Itu yang membuat saya akhirnya tak bisa pulang lagi. Kalau
bertemu dengannya dia pasti akan memukuli saya. Setelah perebutan
paksa semua barang itu saya ngungsi ke gudang kantor dan tinggal di
sana lebih dari satu tahun. Sebelum akhirnya saya menikah dan tinggal
berdua dengan suami.
Sebulan
setelah kejadian itu saya tiba-tiab juara 1 lomba ngeblog di
lakubgt.com dan akhirnya saya membeli laptop baru dari uang tersebut.
Kemudian tahun depannya saya mendapatkan hadiah sepeda motor dari
LINE Messenger. Memang waktu yang cukup panjang. Namun ternyata Allah
mengganti sepeda motor butut tersebut dengan sepeda motor baru secara
gratis pula. Alhamdulillah. Saat itu saya akhirnya menyadari bahwa
inilah jalan yang harus saya lewati untuk lulus dalam ujian-Nya.
Ketika saya ikhlas memberikan semua yang saya punya untuk memuaskan
nafsu sesaat Kak Long saya yang sengaja ingin membuat saya menderita
dan dia pikir dia sudah menang dengan mendapatkan itu semua, ternyata
Allah menggantinya dengan hadiah yang lebih baik.
Sepeda
motor yang dia rebut itu dia jual dan dia belikan handphone baru,
ternyata setahun kemudian handphone tersebut rusak tak bisa digunakan
lagi. Sedangkan laptop yang dia ambil hitungan bulan juga rusak.
Nikmat
Allah mana lagi yang bisa saya dustakan?
Follow @honeylizious