Ini adalah catatan kecil untuk aku, dan juga kamu yang sebenarnya tak pernah benar-benar membaca blog ini. Entah pernah atau tidak kamu membaca postingan di blog ini, satu postingan saja sampai selesai. Ah, suamiku, kamu memang lebih senang memilih bantal atau televisi untuk menemani istirahatmu sepulang kerja. Sesekali aku bolak-balik buka kulkas hanya untuk menyiapkan cemilan atau minum untukmu.
Ini catatan yang aku harap akan menguatkan saat pegangan tangan kita melemah satu sama lain. Suatu hari mungkin kita akan bertengkar hebat dan aku menyerah pada bantal. Setidaknya jangan sampai pernah tanganmu melayang ke pipiku. Sebab kamu pasti tahu betapa mudahnya aku rapuh dan jatuh karena satu pukulan telak.
Catatan ini, semoga masih kita ingat untuk membacanya kembali ketika kita membuat keputusan besar yang tak menyenangkan. Lebih berharap sih tak akan pernah ada keputusan seperti itu. Jangan sampai. Sebab inginku bisa menggenggam tanganmu sampai maut memisahkan kita.
Kita adalah dua orang yang tidak saling menuntut. Itu yang ingin selalu kuingat. Aku tak pernah memintamu untuk menjadi seorang suami yang hebat dengan penghasilan ratusan juta sebulan. Tak pernah kukatakan itu sejak pertama kita memutuskan untuk menikah saja setelah beberapa kali bertemu. Kamu juga tak pernah memintaku untuk menjadi istri yang sempurna dan bisa menyelesaikan tugas istri tanpa bantuan siapa pun.
Kita, aku dan kamu, kita akhirnya tak pernah menuntut apa-apa, melakukan tugas kita semampunya dan kemudian bersyukur untuk apa yang kita miliki. Aku memilikimu dan kamu memilikiku. Itu sudah lebih dari cukup di dunia ini untukku. Semoga juga untukmu.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).