Membaca
novel seperti ini adalah tantangan buat saya. Seperti diminta memakan
makanan yang bukan selera kita. Tetapi bukan berarti novel tersebut
tidak bagus. Memang sejak awal genre novel ini bukanlah favorit saya,
sebab sejak dulu saya lebih suka novel yang penuh misteri atau
detektif bahkan pembunuhan. Jadi agak sulit menyelesaikannya sampai
akhir. Mau tak mau selesai karena novel ini sering saya bawa ke
mana-mana untuk mengisi waktu luang saat menunggu.
Cerita
yang dihadirkan memang tak biasa. Saya tidak terlalu familiar dengan
kisah seperti ini. Buat yang belum pernah baca tak ada salahnya
menikmati novel ini. Sebab buat saya sendiri yang selama ini membaca
buku traveling untuk mengenal sebuah tempat bisa menikmati sensasi
traveling melalui sebuah novel. Saya rasa orang lain yang suka
traveling harus menulis buku semacam ini. Jadi travelingnya terasa
lebih hidup dengan penokohan di dalamnya dan konflik yang ikut serta.
Walaupun saya sebenarnya tetap kurang suka penggunaan 'gue' atau
'elu'.
Jarang
sekali saya suka membeli buku yang memuat 'gue-elu'-nya. Mengganggu.
Buat saya. Walaupun harus dimaklumi itu sebagai penanda asal orang
yang menggunakan 'gue-elu' tersebut saat berbicara dengan orang lain.
Rasanya terlalu Jakarta sentris penggunaan 'gue-elu' dalam sebuah
karya fiksi. Selain kurang sopan sih menurut saya. Setiap orang punya
pendapat masing-masing ya soal ini. Sebagai orang Kalimantan yang
tidak familiar menggunakan 'gue-elu' dalam percakapan sehari-hari
tentu saja tak menyenangkan harus menemukannya dalam bentuk karya
tulis.
Meskipun
demikian saya menikmati membaca cerita di dalam novel ini terlepas
dari penggunaan 'gue-elu'-nya. Sebab saya merasa dibawa bepergian ke
tempat yang tak pernah saya datangi sebelumnya. Tempat yang cukup
menarik dan dengan penokohan yang juga tak kalah menariknya. Novel
ini mudah dipahami karena potongan alurnya tidak begitu kecil. Saya
bisa menangkap alur ceritanya tanpa perlu membuka beberapa halaman
sebelumnya dan mengulang membaca untuk tahu alur yang sebenarnya.