Flashback
ke beberapa belas tahun yang lalu. Sebelum Soeharto lengser. Saya
hanya tahu satu hal. Pemilu itu coblosnya Golkar. Pake baju
kampanyenya warna kuning. Itu saja. Karena semua orang di kampung
saya, dominan dukungannya ya kuning itu. Orang juga nggak banyak
bicara. Seperti pemilu sebelumnya, mereka akan lebih banyak mendukung
Soeharto melalui Golongan Karya. Partai bergambar pohon beringin itu
memang seakan-akan, selalu menjadi pilihan terbaik. Apalagi kalau
PNS. Ibu saya seorang guru di sekolah dasar. Pemilu, dulunya hanya
menjadi formalitas. Dua partai lain yang ikut dalam pemilihan dapat
dipastikan gigit jari karena menanggung kekalahan lagi.
Berbeda
dengan sekarang ya. Saat masa kejayaan Soeharto sudah lewat. Orang
sudah tak takut lagi untuk menyuarakan apa yang ada di dalam
kepalanya. Baik secara langsung atau tak langsung. Entah itu dengan
turun ke jalan, bisa juga dengan menulis di media sosial.
Kalau
ditanya, apakah saya sudah punya pilihan, sebelumnya saya sudah punya
pilihan yang kemudian saya tinggalkan untuk memilih yang lain. Tak
perlu saya sebutkan siapa. Sebab pilihan ini pun belum benar-benar
pasti. Apalagi bukannya kita harus merahasiakan siapa yang akan kita
pilih nantinya?
Black
campaign yang akhir-akhir ini membabi-buta yang dilakukan beberapa
televisi ternyata berimbas ke pengguna media sosial. Banyak sekali
orang yang berlomba-lomba latah setelah melihat berita di channel
tertentu. Membela si A sembari menjatuhkan si B. Padahal dari dulu
sampai sekarang, siapa pun presidennya, kalo saya nggak kerja mah
saya nggak makan. Bukannya kita nggak akan berubah nasibnya kalo
nggak berusaha sendiri untuk mengubahnya? Malah kita sibuk
menjelek-jelekkan orang lain.
Sudah
ada beberapa orang di media sosial yang merupakan orang yang cukup
ternama melakukan kampanye yang sama sekali tidak mendidik. Mengingat
sekarang banyak sekali pemilih pemula yang akan menggunakan hak
suaranya untuk memilih presiden pertama kalinya, saya benar-benar
kasihan dengan orang yang dibuat bingung gara-gara banyaknya orang
yang melakukan kampanye hitam ini. Silakan puji pilihan anda.
Silakan. Tapi jangan jatuhkan pilihan orang lain. Kita dibutakan
media.
Jangan
percaya bulat-bulat dengan televisi.
Jangan
telan mentah-mentah berita di media massa.
Jangan
membagikan begitu saja sesuatu yang kita tidak tahu sumber jelasnya.
Hak
memilih ada pada kita. Rakyat Indonesia. Jokowi dan Prabowo juga
rakyat, sama seperti kita. Manusia biasa. Ada kekurangan dan
kelebihannya. Barangkali banyak yang menghina Jokowi dan Prabowo dan
kebetulan yang lewat di beranda saya adalah hinaan pada kubu Prabowo.
Dari akun twitternya @masbutet. Setelah akun @wimar yang melakukan
kampanye yang kurang enak dibaca seperti itu, giliran bapak yang
sering saya lihat di Metro TV ini yang melakukan kampanye yang juga
kurang enak dibaca.
Followernya
banyak. Yang baca jadinya banyak. Belum lagi yang membagikannya. Apa
yang Anda baca dari gambar ini hanya untuk direnungi, diresapi.
Bukan untuk ditambah atau diulangi lagi. Siapa pun yang anda dukung.
Buat
yang mendukung Prabowo, silakan dukung pilihan Anda. Tidak perlu
melakukan hal yang sama seperti ini. Buat yang dukung Jokowi tak
perlu mengulangi hal yang seperti ini untuk memenangkan pilihan Anda.
Sebab pada akhirnya hanya satu di antara mereka berdua yang akan
menjadi presiden kita selama 5 tahun ke depan. Bukan untuk selamanya
kok. Hanya untuk 5 tahun. Selama ini pun, sebagai warga Kalimantan
Barat, siapa pun presiden yang berada di Istana sana, tak banyak
mengubah wajah Kalimantan Barat. Jalan negara yang menjadi jalan
internasional di Kalimantan Barat, masih hancur lebur seperti
tahun-tahun sebelumnya.
Kalo
saya sendiri hanya bisa berharap, siapa pun presidennya, dia sudah
sangat hebat jika bisa memuluskan jalanan di Kalimantan Barat. Sebab
Indonesia bukan hanya Pulau Jawa. Kalimantan Barat juga bagian dari
Indonesia.
Follow @honeylizious