Sejak dulu sampai sekarang ternyata ada hal yang tak berubah dari diri saya.
Penghargaan terhadap rezeki yang datang.
Sejak dulu saya selalu hingga hari ini saya masih perempuan yang sama, perempuan yang rajin mengumpulkan recehan dalam dompetnya dan menyimpannya dalam toples buat tabungan di rumah.
Sebab terkadang uang tunai suka habis di dalam dompet dan saya butuh beberapa ribu untuk membayar belanjaan di gerobak motor tukang sayuran.
Namun bukan itu sebenarnya inti tulisan ini.
Saya hanya ingin bercerita tentang hal-hal yang membuat diri saya menjadi diri saya yang sekarang.
Waktu beberapa bulan memiliki domain berbayar ini, yang sebenarnya tahun pertamanya dibayarkan seorang teman yang baik hati, saya berhutang budi padanya seumur hidup saya kepadanya.
Karena melalui blog inilah Allah mendatangkan sedemikian banyak rezeki buat saya dan sekarang rezeki buat suami saya juga.
Sebelum saya menjadi seorang blogger, 10 tahun yang lalu saya memulai pekerjaan saya sebagai kuli di pasar hanya bergaji 100.000/bulan.
Padahal di kampung semua orang tahu Umak saya seorang guru sekolah. Buat orang di desa PNS tentunya bergaji besar dan bisa hidup enak. Bagaimana ceritanya anaknya yang baru tamat SMA malah jadi kuli di pasar di sebuah toko. Sudi Mampir, namanya. Gaji hanya 100.000/bulan. Memang jajan bebas dan makan dikasih sekali sehari. Karena kerjanya awalnya hanya 6jam.
Mengapa saya mau bekerja di situ tanpa menanyakan gajinya berapa sebulan? Yap! Saya ditawari kerja dan saya terima tanpa bertanya gajinya. Saya datang begitu saja untuk bekerja. Umak bilang daripada nganggur. Walaupun 100.000 itu sama sekali tidak cukup buat jajan sebulan. Namun dari pasar itu saya belajar banyak hal. Hal-hal yang tidak akan saya dapatkan begitu saja tanpa mengalaminya secara langsung.
Berdagang harus jujur!
Itu yang diajarkan bos saya di toko kelontong tersebut. Setiap saya jajan dan menggunakan uang di laci, walaupun hanya 1.000 saya pasti bilang. Sebab itu bukan uang saya.
Dulu waktu sekolah di Pemangkat saya malah gajinya lebih minim. Hanya 40.000/bulan untuk menyetrika pakaian. Memang menyetrikanya 2x seminggu. Jadi sekali menyetrika 5.000. Tapi banyak banget setrikaannya. Tak mengapa, lumayan saya bisa ikut nyetrika gratis pakaian saya waktu itu.
Dalam kepala saya sudah tertanam untuk menghargai setiap rupiah yang masuk.
Hingga akhirnya saya berlomba dengan blogger lain untuk mendapatkan beberapa puluh ribu rupiah dari paid review. Barangkali ada yang ingat paid review dari Laku.com? Karena PageRank blog ini waktu itu 3 maka saya berhak dapat bayaran 40.000. Sedikit ya buat blogger yang sudah jadi seleb di luar sana. Cuma saya suka membayangkan dapat banyak job review. Kebayang nggak kalo dapat job reviewnya 100 biji? Bisa dapat 4juta pikir saya. Apalagi saya bisa nulis belasan postingan dalam sehari.
Tak terpikirkan bahwa kemudian job review 40.000 rupiah tersebut membawa saya pada kontrak menulis review yang bernilai jutaan berbulan-bulan. Sebenarnya sambil menulis review yang nilainya puluhan ribu tersebut sudah banyak pula review yang harganya jutaan untuk satu tulisan di blog ini. Tetapi tetap saja saya senang menulis dan dibayar.
Empat puluh ribu itu ya bisa buat ngisi pulsa Umak di kampung. Atau bisa juga buat mengisi penuh pertamax di sepeda motor saya. Bahkan bisa buat sedekah. Jadi tak pernah ada alasan dalam kepala saya buat menolak 40.000 tersebut.
Ternyata ya, berawal dari semakin banyaknya postingan review yang saya tulis dan dibayarnya ya 40.000 itu semakin banyak klien yang menyadari yang saya kerjakan. Alhamdulillah tawaran berdatangan. Tak hanya sebagai reviewer sekarang merambah menjadi admin fanpage, koordinator blogger review, dan diajari banyak hal oleh teman-teman yang bergerak di internet marketing.
Tak pernah terbayangkan 40.000 yang saya hargai itu memberikan sedemikian banyak manfaat buat hidup saya dan keluarga.
Umak memang orangnya praktis tapi dia mengajarkan ilmu kehidupan yang sangat penting. Mensyukuri rezeki yang datang. Baik berupa materi atau setiap helaan napas yang bisa kita hirup tanpa masalah.
"Orang nggak tahu dari seribu, seribu yang dikumpulkan itu bisa melampaui yang berjuta-juta." - Umak
"Jangan lupa keluarkan zakat tiap bulan." - Umak
"Seisi dunia tak akan pernah cukup kalau kita tak pernah bersyukur." - Umak