Entah
saya akan menyebutnya sebagai liburan atau sekadar pulang kampung
menjenguk orang tua di sana yang semakin menua. Kali ini saya pulang
lagi karena memang ada barang dagangan yang harus saya antarkan.
Kebetulan pembelinya berada di kampung sana. Sekalian liburan tiga
hari. Sebenarnya saya memang tidak bekerja di Radio Volare setiap
hari Selasa, Rabu, dan Kamis, bahkan Sabtu. Jadi saya bisa pulang
setiap minggu kalau saya mau. Cuma jarak yang lumayan jauh dan saya
harus naik kendaraan darat dan air untuk tiba di rumah orang tua
cukup membuat saya mengurungkan niat pulang kampung setiap minggu.
Sekali dalam sebulan atau dua bulan saya rasa sudah cukup banyak.
Apalagi hampir setiap hari Umak (ibu, red) menghubungi saya melalui
telpon.
Iya,
saya harus katakan sekarang keadaan sangat jauh berbeda. Umak sangat
rajin menelpon semenjak saya belikan handphone baru dan kartu Indosat
yang saya daftarkan soulmate. Jadi bisa menelpon gratis setiap hari.
Kami bisa mengobrol berjam-jam di pagi hari. Bagian yang menyenangkan
dari hal tersebut adalah Umak jadi alarm hidup saya. Dia selalu
menelpon dua tiga jam sebelum saya siaran. Jadi saya tak perlu takut
terlambat pergi siaran gara-gara bangun kesiangan.
Karena
saya liburan beberapa postingan sebelumnya dan sesudah postingan ini
merupakan tulisan terjadwal yang saya siapkan di rumah. Sebab saya
kemungkinan besar akan sulit mengupdate blog dari sana. Saya hanya
akan memotret hal-hal yang saya lakukan di sana dan membagikannya
kemudian saat saya sudah menemukan wifi rumah kembali. Hanya berdoa
selama tiga hari tersebut tak ada job dadakan dengan deadline yang
sangat mepet.
Pulang
ke Jawai sekarang jadi menyenangkan dan mudah sebab orang yang paling
menakutkan di dunia ini sekarang tak lagi ada di sana. Saya bisa
menemui kedua orang tua dan adik-adik saya tanpa perlu
sembunyi-sembunyi lagi.
Jika
sekarang dia membaca tulisan ini, saya hanya ingin mengatakan padanya
bahwa saya sangat bersyukur memiliki kakak seperti dia. Walaupun lama
sekali saya baru bisa mensyukurinya. Setelah semua hal yang saya
lewati untuk menjadi diri saya yang sekarang. Namun orang yang paling
memiliki andil itu adalah kakak saya yang mengidap Sibling Rivalry
akut.
Dulu
memang berat. Detik terasa berjalan sangat lambat. Sekarang saya
sudah dewasa dan punya kehidupan sendiri. Saya akhirnya menyadari
bahwa tanpa keberadaan dirinya dan semua intimidasi dan siksaan yang
dia lakukan, saya tidak akan menjadi orang yang menuliskan ini
sekarang. Saya masih hidup. Masih sangat hidup sekarang. Saya sangat
bersyukur bisa melewati cobaan yang rasanya akan menjadi 'trauma
seumur hidup' itu dalam keadaan bernyawa. Saya pikir saya akan mati.
Ternyata saya masih hidup.
Dia
orang yang membuat saya menjadi orang yang sangat kuat. Jika ada
orang bertanya pada saya siapa orang yang paling menakutkan di dunia
ini, jawaban saya sejak lahir sampai sekarang masih sama. Kakak
sulung saya. Dia orang yang akan selalu menjadi bagian gelap dalam
hidup saya yang penuh dengan trauma dan ketakutan berkepanjangan.
Namun saya tidak akan menjadi sekuat ini jika dia tidak lahir sebagai
kakak saya. Itu yang ingin saya syukuri sekarang.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).