Kemarin
hari Jumat, seperti biasanya aku harus bersiaran di Cakrawala Islami
selama 4 jam di Radio Volare. Sebab sekarang yang bertugas memegang
acara tersebut adalah saya. Semenjak Febi Resiana harus fokus pada
skripsinya dan tak ada orang lain yang bisa menggantikannya di acara
tersebut. Saya memang sudah pernah memegang acara tersebut
sebelumnya. Tapi memang dulu saya keberatan untuk terus-terusan
memegang acara Cakrawala Islami karena saya takut pemahaman agama
Islam saya yang masih cetek tak cukup untuk segmen Kajian Muslimah
selama satu jam di 12-1 siang-nya. Di antara jam siaran dari pukul
10-2 siang.
Sekarang
pun saya masih terus belajar untuk membawakan acara tersebut dengan
menarik dan tidak terdengar menggurui orang lain.
Ada
yang berbeda hari Jumat kemarin. Saya membuat narasumber yang mengisi
segmen Kajian Muslimah menangis. Biasanya memang saat pemutaran lagu
atau iklan saya akan mengajak sang narasumber untuk mengobro. Tak ada
niat aneh-aneh sih sebenarnya. Sebab saya pikir saya akan ketemu lagi
dengan narasumber tersebut yang bergantian dengan narasumber yang
lain untuk mengisi Kajian Muslimah di Cakrawala Islami.
Jumat
kemarin saya bercerita tentang pernikahan saya sebenarnya. Saya tak
bercerita banyak. Saya menceritakan suami saya yang dulunya selalu
ditolak oleh setiap perempuan yang dia ajak menikah. Alasan perempuan
tersebut sih jelas sekali. Sebab pekerjaan suami saya penghasilannya
tidak tetap setiap harinya. Bahkan pernah waktu awal-awal menikah dia
beberapa hari tidak bekerja. Dia bekerja di PDAM sebagai distributor
air bersih buat diantar ke rumah-rumah warga Pontianak. Orang di sini
lebih mengenalnya sebagai Supir Tangki. Saya sendiri tidak begitu
mempermasalahkan jenis pekerjaannya yang akan digolongkan orang
sebagai pekerja kasar. Sebab selama itu halal dan cukup buat memenuhi
kebutuhan kami berdua bukan masalah bagi saya sendiri. Apalagi
mengingat saya juga bisa menghasilkan uang setiap harinya di blog
atau di dunia nyata.
Saya
katakan pada narasumber tersebut hal yang tak banyak diketahui oleh
orang. Sebab kebanyakan orang akan beranggapan suami saya beruntung
menikah dengan saya yang pendidikannya bagi sebagian orang tinggi dan
saya bisa menghasilkan uang buat keluarga kami yang masih diisi kami
berdua. Padahal sebenarnya kalau boleh jujur, sebenarnya sayalah
orang yang paling beruntung di dunia ini bisa menikah dengan lelaki
sebaik dia. Dia yang mengajari saya banyak hal. Dia membuat saya
menjadi perempuan yang sangat berbahagia.
Narasumber
meneteskan air mata saat saya mengatakan hal tersebut. Dia terharu.
Sangat terharu mendengar cerita pernikahan kami yang diawali
perkenalan yang sangat singkat. Kemudian bermodalkan tabungan yang
pas-pasan. Sekarang pun masih terus menabung untuk menggapai impian
kami berdua. Ah rasanya saya tak bisa berkata-kata lagi melihat air
mata yang jatuh itu. Saya telah menyentuh hatinya. Hati bagian paling
dalam sang narasumber. Itulah pertama kalinya saya merasa tidak kesal
karena telah membuat seorang perempuan menangis.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).