Di
depan STMIK Pontianak ada sebuah cafe. Tulisannya sih Cafe Grace. Nah
setiap malam, di depan cafe ini akan ada sebuah gerobak nasi goreng
yang mangkal. Kalau masih siang jangan harap nasi gorengnya sudah
buka. Jam bukanya sih saya kurang tahu tapi yang jelas saya selalu
singgah sekitar pukul 8-9 malam. Jam yang cukup ramai dan antrian
lumayan panjang untuk membeli nasi goreng. Dari banyak nasi goreng
yang pernah saya makan di Pontianak yang dominan dengan 'nasi goreng
ala Fatimah', nasi goreng yang satu ini memang istimewa.
Kalau
ada yang belum tahu mengenai nasi goreng ala Fatimah biar saya
ceritakan sedikit mengenai nasi goreng yang satu ini. Kebanyakan
warung yang menjual nasi goreng model ini memang laris diserbu
pembeli. Nasinya berderai jadi terpisah-pisah dan tidak lembek. Bumbu
untuk memasaknya itu penuh oleh cabai. Saya kurang tahu bumbunya tapi
sepintas seperti 'sambal goreng'. Bedanya dengan sambal goreng yang
selama ini saya kenal adalah warnanya. Kalau di rumah Uwan (nenek
saya) sambal goreng ya berwarna merah. Mirip dengan sambal balado.
Jika nasi goreng ala Fatimah ini sambal gorengnya berwarna hijau
gelap.
Nasi
goreng ala Fatimah juga terasa perbedaannya dengan nasi goreng pada
umumnya adalah pada daging ayam yang ditaburkan di atas nasi tadi.
Kebanyakan penjual nasi goreng menyediakan ayam itu yang
disuwir-suwir. Di warung yang menjual 'nasi goreng ala Fatimah' ini
ayamnya tidak disuwir halus mirip dicincang kasar lalu digoreng
kering. Jadi ayamnya agak keras tetapi tidak garing. Warnanya
cokelat. Bau nasi gorengnya pun khas. Dari banyak warung 'nasi
goreng ala Fatimah' ini yang cukup laris yang ada di Jalan Johar
sana. Warung Nasi Goreng Iin namanya.
Bedanya
dengan nasi goreng yang ada di depan STMIK adalah pada kerupuk
heikeng. Nasi goreng depan STMIK ini istimewa pada kerupuknya ini.
Jarang-jarang, malah rasanya tak ada nasi goreng lain di Pontianak
yang menyediakan dua jenis kerupuk di nasi goreng yang mereka jual.
Kebanyakan kita juga pasti lebih mengenal heikeng yang basah dan saat
digoreng itu mirip dengan otak-otak atau bakso ikan pipih. Sedangkan
heikeng yang disediakan di warung nasi goreng STMIK ini adalah
heikeng yang sudah menjadi kerupuk. Uniknya lagi kerupuk ini digoreng
dua kali. Gorengan kedua mirip dengan menumis. Minyaknya lebih
sedikit lalu ada tambahan kecap saat menumis kerupuk yang sudah
digoreng tersebut. Ini yang membuat kerupuknya menjadi lebih sedap.
Harganya
juga terjangkau. Saya bersama suami biasanya membeli untuk dibawa
pulang sebab satu porsi nasi goreng STMIK ukuran jumbo dengan
ditambah sebutir telur dadar itu sudah cukup untuk makan berdua.
Dapat dua piring. Saya malahan kadang kesulitan menghabiskannya.
Kerupuk heikengnya selalu saya minta untuk dipisahkan supaya tetap
garing. Soalnya kalau dicampur di dalam nasi pasti langsung 'lemau'
alias tidak garing lagi. Nasi goreng STMIK ukuran jumbo plus telur
dadar sebutir hanya dihargai Rp14.000. Sangat murah bukan?
Rasa
nasi gorengnya juga lebih enak dari banyak nasi goreng yang pernah
saya makan di Pontianak ini saya pikir karena penggunaan arang untuk
memasaknya. Kecuali untuk menggoreng telur dadar, mereka sudah
menggunakan kompor gas. Mau coba? Langsung ke Jalan Merdeka Pontianak
ya? Berhadapan dengan STMIK Pontianak lokasinya. Numpang di depan
Cafe Grace.