Berapa
banyak di antara teman-teman yang mendapat pelayanan buruk saat
datang ke sebuah tempat sebagai pelanggan? Saya tadi malam sangat
kesal dengan pelayanan pegawai Damri yang ada di Jalan Pahlawan
Pontianak, Kalimantan Barat. Saya rasa 'senyum' adalah sebuah
kewajiban bagi orang yang memberikan jasanya pada orang lain.
Terlepas dari orang itu pada akhirnya menggunakan jasa kita atau
tidak. Istilah kasarnya bayar atau tidak.
Mengapa
kita harus memilih-milih pelanggan untuk diberikan senyuman? Lebih
buruk lagi jika kita beranggapan bahwa kita tak perlu memberikan
senyuman pada semua pelanggan yang harus kita layani. Jadi ingat
beberapa tahun di belakang. Saat itu saya baru tamat SMA. Banyak
orang akan menyebut masa kita tidak langsung melanjutkan ke bangku
kuliah sebagai menganggur. Benarkah saya waktu itu menganggur selama
setahun? Buat sebagian orang iya padahal sebenarnya selama setahun
itu saya jualan kue, sekolah bahasa Mandarin, dan jaga toko. Saya
menjadi kuli di sebuah toko kelontong. Dan itu akan menjadi
pembelajaran penting untuk pondasi saya menjadi seorang pedagang.
Saya
selalu dididik untuk tersenyum dengan semua orang yang mampir ke
toko. Beli atau tidak. Ada yang datang untuk bertanya saja. Tapi saya
tetap akan menebar senyuman padanya. Toh senyuman gratis kok. Nggak
perlu bayar untuk menebar senyuman. Kata Uwan sih saya memang selalu
suka tersenyum pada siapa saja sejak kecil. Namun bukan berarti orang
yang tak bisa senyum pada pelanggannya tak memiliki senyuman. Saya
yakin mereka juga bisa tersenyum. Kalau mau.
Perlakukan
semua pelanggan kita seperti teman. Ramahlah pada mereka. Kalau perlu
berikan pelayanan lebih meskipun tak ada bayaran lebih dari dia.
Sebab ketika kita bisa membuat ikatan yang kuat, orang akan
bolak-balik belanja sama kita. Percayalah. Saya selalu berusaha untuk
ramah baik melalui telpon atau sms. Bahkan ada seorang pelanggan baru
yang baru-baru ini berbelanja dan menanyakan apakah saya menjual
bingke.
Bingke
itu kue khas Kalimantan Barat. Kalau di Kalimantan Selatan namanya
bingka. Saya bisa saya membeli di Pontianak kemudian menjualnya.
Tetapi kue itu tanpa bahan pengawet dan saya ragu dengan ketahanannya
sampai esok hari di perjalanan. Jadinya saya berusaha mendapatkan
nomor telpon dan alamat toko bingke tersebut yang dekat dengan lokasi
rumah pelanggan baru saya ini.
Padahal
kalau saya mau, saya juga tak perlu repot-repot menemukan alamat dan
nomor telpon mereka. Saya tidak dibayar. Tapi saya tetap
melakukannya. Toh membantu orang adalah sebuah kebaikan bukan? Karena
saya yakin Allah punya balasan buat setiap apa yang kita lakukan.
Jika yang kita tanam adalah kebaikan, siap-siap memanen hasil
kebaikan yang kita tebar tersebut.