Ini
pembahasan bahasa daerah di kampung saya. Waktu kecil ‘sarrap magreb’ sering
digunakan Uwan (nenek) saya untuk memanggil saya pulang. Sore hari memang saat
yang paling menyenangkan untuk bermain di luar rumah. Walaupun sebenarnya saya
lebih banyak menghabiskan waktu di depan televisi sambil menulis cerita saat
jeda iklan. Anak rumahan banget pokoknya sampai sekarang juga masih. Saya hanya
keluar dari rumah kalau memang ada kepentingan tak bisa ditunda.
Setali
tiga uang dengan saudara saya yang ke-empat. Dia juga kurang suka meninggalkan
rumah kecuali untuk jajan di warung atau sekolah. Dia suka sekali berada di
rumah. Bermain bersama game kesayangannya atau belajar.
Kembali
lagi ke ‘sarrap magreb’. Sebenarnya apa sih ‘sarrap magreb’ itu? Sarrap magreb
itu artinya hampir waktu Maghrib. Sudah jadi kebiasaan di desa anak-anak kalau
sudah waktunya salat Maghrib mau tak mau harus pulang dan tak boleh bermain di
tanah lagi. Saatnya untuk mengaji dan salat. Berkumpul bersama keluarga juga
untuk makan malam.
Jadi
kalau Uwan sudah teriak-teriak di depan pintu depan sambil melambaikan
tangannya dengan teriakan: ‘Sarrap Magrebbbb!!!!’ Itu adalah teriakan yang tak
bisa ditawar-tawar. Harus pulang segera. Mau tak mau.