Aku
menatap bola matamu yang basah. Kamu memang berbeda. Aku yang tak
menyadarinya. Aku malu pada Nick. Selama empat tahun ini aku tak
sadar memacari saudara kembarnya. Sekarang kamu mengatakan kamu
mencintaiku di depan Nick?
“Aku
tahu aku tak seharusnya mengatakan ini. Tapi aku tak bisa menahannya
lagi. Aku ingin mengungkapkan perasaanku sebagai diriku sendiri.
Bukan sebagai Nick.”
“Jadi
ini sebabnya kamu tak kunjung menikahiku? Karena kamu bukan Nick?
Kalau aku meminta Rick yang menikahiku, apakah kamu siap?”
Kamu
tak menjawab. Kamu menatap saudara kembarmu yang terbaring di
ranjang.
“Seharusnya
aku tak menanyakan itu. Tak perlu dijawab.”
Aku
kembali mendekati Nick dan menggenggam tangannya yang terasa
mendingin. Aku mencintainya. Selalu mencintainya. Bahkan setelah tahu
empat tahun ini tak bersamanya. Dia yang sejak pertama membuatku
jatuh cinta hingga hari ini.
“Maafkan
aku, Elana, selama ini aku sudah membohongimu.”
“Aku
bisa saja marah dan mendampratmu. Tapi aku sudah terlalu lelah,
Rick.”
Aku
menyebut namamu kaku. Sedikit janggal rasanya memanggilmu dengan nama
yang berbeda. Sebab selama ini rasanya kamu adalah Nick-ku yang
selalu kucintai. Kamu beringsut ke pintu dan meninggalkan kami
berdua.