![]() |
Cornelis itu Gubernur Kalimantan Barat. Foto oleh Arie Lai |
Awalnya
saya pikir kalo memang tak ada pilihan yang paling oke menurut jiwa
dan hati saya, tak memilih akan jauh lebih baik. Tapi kemudian hati
kecil saya di bagian paling dalam merasa saya harus melaksanakan
kewajiban sebagai warga negara yang baik untuk tetap memilih satu
orang yang menjadi calon pemimpin negara Indonesia yang tercinta ini.
Jika benar-benar tak ada sedikit pun yang nyantol di hati saya rasa
saya akan memilih yang tak begitu buruk dari sekumpulan calon yang
buruk.
![]() |
Truk terbalik? Itu biasa |
![]() |
Dulu hanya belasan jam, sekarang dua kali lipatnya. |
![]() |
Mau ke Malaysia? Lewat jalan seperti ini dulu. |
Sebab
kalau saya tak memilih lalu yang terburuk yang menang menjadi
presiden berarti saya ikut andil dalam membiarkan negara ini dipimpin
olehnya. Setidaknya jangan sampai orang-orang yang kita yakini tak
bisa memimpin negara dan sibuk mempromosikan dirinya di media malah
duduk di kursi yang banyak diinginkan orang itu. Bahkan anak-anak.
Bayangkan. Banyak anak-anak yang sejak kecil sudah punya cita-cita
jadi presiden. Coba cita-citanya seperti saya. Menulis. Cita-citanya
jadi penulis. Melawan semua hal dengan pena. Sekarang sih dengan
papan ketik ya?
Sebagai
blogger kita bisa mempromosikan orang yang kita yakini tak begitu
buruk untuk menjadi presiden dan membuat orang-orang yang mengakses
media sosial terbuka pikirannya untuk memilih seseorang yang tak
begitu buruk itu. Walaupun bukan yang terbaik. Karena hingga hari ini
pun saya tak yakin dengan banyak calon yang akan masuk kancah
peperangan suara itu.
Pasti
banyak teman-teman yang sudah cukup muak dengan orang yang punya
banyak uang dan sibuk menjadi bintang iklan dengan biaya sendiri. Tak
perlu saya sebutkan. Sebab wajahnya ada setiap hari di televisi.
Saya? Tentu saja muak. Berapa banyak uang yang dia keluarkan untuk
nampang itu? Mendingan jadi bintang iklan saja. Berbayar. Ini malah
membayar. Di Indonesia sudah banyak orang cerdas yang tak bisa
dibohongi dengan janji. Ini bukan jaman Soeharto yang semua orang
bakalan memilih satu partai yang sama tanpa banyak tanya. Sedikit
yang berani untuk memilih partai yang lain. Bahkan jumlah partai pun
sangat sedikit. Sekarang? Saya bahkan tak hapal apa saja partai yang
ada di Indonesia.

Melalui
tulisan ini, saya hanya ingin mengetuk hati siapa saja di luar sana
yang kebanyakan uang untuk beriklan sebagai caleg, mendingan datang
ke wilayah timur Kalimantan Barat. Bantu pemerintahan di sini yang
sudah tak mampu memperbaiki jalan negara yang menghubungkan Indonesia
dan Malaysia. Blogger jangan diam saja dengan keadaan yang ada di
negara kita. Kita tembak mereka yang sibuk berjanji saat kampanye itu
dengan ribuan karakter postingan kita. Bahkan jutaan kalau kita
memang mau.
NB:
Hingga hari ini, jalan menuju wilayah timur Kalimantan Barat sangat
membahayakan dan terlalu sulit untuk dilewati. Kalimantan Barat sudah salah memilih pemimpin, jangan sampai kita mengulangi kesalahan yang sama.