Rasanya
saya memang lebih tertarik untuk membuat novel, menggiurkan kalau
bisa diterbitkan dan laris lagi. Beda dengan cerpen yang satu buahnya
tak bisa dijadikan buku. Paling tidak harus bikin 20 cerpen dulu
supaya punya modal buat dicetak. Sebenarnya dulu saya sering menulis
cerpen. Banyak sekali cerpen yang saya buat. Ada yang akhirnya
menjadi novelet. Agak lebih panjang dari cerpen tapi tak sepanjang
novel.
Setelah
Juara 1 di Tulis Nusantara 2013 kemarin untuk kategori cerpen saya
jadi berpikir lagi. Jangan-jangan kekuatan saya memang lebih pada
cerpen. Apalagi seorang dosen mengomentari karya saya dengan
mengatakan, banyak-banyaklah menulis cerpen. Kekuatan kamu di situ.
Nanti kalau kamu sudah bisa menulis cerpen dengan banyak variasi baru
dilatih ke novel, ternyata latihan 19 tahun ini belum cukup untuk
membuat saya. Masih harus latihan lagi yang keras.
Tapi
tentu saja saya tak akan menelan mentah-mentah ucapan dosen tersebut.
Sebab banyak lomba novel yang harus saya ikuti. Mau tak mau harus
menulis novel lagi. Walaupun dibilang kekuatan saya dicerpen. Ini
sesuatu yang tak dapat ditolak. Mau menang atau kalah, sayang kalau
harus dilewatkan. Cerbung barangkali yang akan lebih saya kurangi.
Padahal
cerbung adalah tulisan yang lumayan bagus untuk sebuah blog. Membuat
pengunjung menunggu lanjutannya dan akan kembali lagi besok. Lumayan
kan menambah jumlah visitor dan menaikkan ranking alexa. Meskipun
bukan hal yang terlalu penting, buat menghasilkan uang dari blog
alexa tentu saja berperan cukup besar untuk mendatangkan pengiklan.
Hehehehe...
Berdiam
beberapa saat, menemukan ide kecil untuk dituliskan dalam bentuk
cerpen ternyata sulit juga ya? Beda dengan novel yang lebih panjang
tentunya ceritanya gampang dibikin kompleks. Nantikan ya cerpen saya
selanjutnya. Buat yang sekarang sedang menulis cerpen juga, jangan
repot-repot mengubah cerpen yang kita buat hanya gara-gara ada yang
komentar. Dibandingkan mengubah saya lebih suka mencoba menulis
ulang. Biarkan saja yang sudah jadi.
Tulisan
itu masalah selera. Ada yang suka ada yang nggak suka. Relatiflah.
Menulis terus saja tanpa henti. Kecuali sudah mati.