Honeylizious.com - Akhirnya saya menghabiskan malam tadi di Jawai bersama suami. Hujan terus turun. Cuaca Jawai yang biasanya tak begitu dingin sekarang membekukan malam hari kami. Selimut yang biasanya tidak saya hiraukan sekarang menjadi sesuatu yang penting. Bahkan ada kelambu untuk mengusir nyamuk yang datang. Sebab kalau hujan begini biasanya memang banyak nyamuk yang lahir dan mereka butuh darah untuk kelangsungan kehidupan anak-anak mereka yang juga akan segera lahir. Kerinduan kampung halaman yang selama ini saya rasakan akhirnya terobati juga. Sebab saya bisa bebas berjalan-jalan ke rumah teman-teman lama yang dulunya memang selalu menjadi tempat saya singgah sebelum akhirnya saya ke Pontianak untuk kuliah.
Hujan yang turun terus membuat saya bingung apakah saya nantinya akan bisa membawa suami ke Pantai Jawai. Pantai yang terkenal keindahannya. Berbeda dengan Pantai Dungun, walaupun pantai di Dungun Laut bisa didatangi dengan mudah sebab jalannya yang lebih baik dibandingkan jalan menuju Pantai Jawai. Dulu saya ingat sekali dengan Pantai Jawai ini, sebab saya sering menghabiskan masa kecil di Pantai Jawai ini. Bermain ombak dan mengumpulkan 'congkak'.
Congkak itu yang biasanya dijadikan biji untuk bermain gadong. Permainan yang sering saya mainkan bersama saudara saya di rumah. Masa-masa kecil yang penuh dengan kekurangan materi tapi entah mengapa ada bagian yang tak bisa digantikan dengan keberadaan uang. Ada hal-hal yang ingin diulang tapi tak mungkin bisa diwujudkan dalam kenyataan. Sesekali liburan ke Jawai begini kadang membuat sedih juga. Kalau tak memikirkan tentang impian saya sejak dulu yang lebih bisa diwujudkan di Pontianak ingin rasanya saya kembali ke kecamatan ini dan memulai kehidupan saya sebagai seorang istri di sini saja.
Sekarang Jawai hanya menjadi tempat persinggahan untuk liburan.