Honeylizious.com
– Jelu dalam bahasa Sambas sebenarnya dilafalkan 'Jallu'. Berbeda
dengan bahasa daerah hulu yang bermakna 'babi' di daerah Sambas
'Jallu' artinya 'buaya'. Jadi 'Jelu Air' adalah buaya air dalam
bahasa Indonesia. Namun jangan salah. Saya tidak sedang membicarakan
yang namanya buaya air di Jawai. Melainkan sebuah desa yang tak
begitu jauh dari rumah orang tua saya. Saya selalu melewati desa ini
jika pulang kampung dan menyeberang melalui Pemangkat.
Namanya
memang Jelu Air. Terlepas dari pernah tidaknya dulu di sini hidup
buaya tapi memang nama desanya sejak saya lahir sudah seperti itu. Di
sini pemandangannya penuh dengan kehijauan. Masih banyak pohon yang
rindang di sana-sini. Namun untuk kendaraan umum antara hidup segan
mati tak mau.
Tak
banyak lagi orang yang menumpang kendaraan umum sehingga menyebabkan
banyak kendaraan umum berhenti beroperasi dan akhirnya membuat biaya
naik kendaraan umum naik sedemikian tingginya. Berbeda dengan belasan
tahun sebelumnya. Saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar.
Kendaraan umum masih banyak dijumpai dan sering sesak oleh penumpang
yang kadang mau tak mau berdiri bergelantungan atau duduk di atap
kendaraan umum tersebut.
Setiap
ada motor air yang merapat supir dan kondektur bus akan semangat
menghampiri. Itu dulu. Waktu tak banyak orang yang punya sepeda
motor. Ojek pun tak sesukses dulu. Kalau waktu dulu banyak tukang
ojek yang bisa mendulang rezeki. Sekarang kebanyakan orang lebih
memilih untuk naik kendaraan sendiri. Hampir setiap rumah punya
sepeda motor.
Sebab
mudah mengambil kredit yang bisa dibayar cicilan bulanan. Uang muka
juga tak begitu tinggi. Jadi sekarang Jelu Air tak sering dilintasi
oleh kendaraan umu. Kalau beruntung pas musim mudik saja banyak
kendaraan umum yang mengadu nasib di Jelu Air dan berharap
mendapatkan banyak penumpang yang datang dari negeri tetangga.