Barangkali
memang benar adanya janji dibuat untuk diingkari. Sebab kamu tak
memberikan kepastian yang membuatku yakin untuk menunggu. Janji sudah
tiba masanya untuk dikotakkan tetapi kamu terlihat biasa saja di
sana. Tak ada tanda-tanda memintaku untuk datang ke titik batas
negara kita. Aku memang bukan perempuan yang cukup berani untuk
mendatangi negeri orang dengan modal jiwa raga ini sendiri.
Namun
aku cukup nekad dan selalu ingin mengotakkan janji yang sudah dibuat.
Sudah minggu ketiga Syawal. Kamu tak menghubungi juga. Bagaimana
caranya agar janji itu terselesaikan? Sementara kamu sendiri tak
menunjukkan akan terbang ke tempat pertemuan kita. Aku ragu untuk
nekad mendatangimu.
Aku
hanya perempuan.
Kemudian
dia datang. Dia yang tiba-tiba membuatku lupa sejenak tentangmu. Dia
yang membuatku tertawa. Sesekali dia membuatku mendengarkan
ceritanya. Dia juga mendengarkan ceritaku dengan seksama. Sama
sepertimu waktu itu yang setia mendengarkan ceritaku yang entah apa
saja yang telah kukeluarkan untukmu.
Dia
sama sepertiku. Tersia-siakan oleh cinta. Hidup dengan harapan
menemukan cinta yang lain suatu hari nanti.