Aku
meneriakkan namamu dalam hati. Aku tahu dengan pasti kita
dipertemukan dengan banyak alasan. Terlalu banyak alasan. Hingga
akhirnya aku sendiri tak paham untuk apa kita bertemu hari itu.
Mengapa aku tak bisa menahan langkahku sendiri untuk tak menemuimu
secara personal tengah malam itu. Sudah larut tapi tetap saja aku
datang.
Kamu
mendesakku dengan rayuan yang tak bisa aku tolak dan aku memang ingin
menemukan wajahmu lagi. Aku tak bisa lepas dari tatapan matamu yang
teduh itu. Membuatku senang setiap kali mata kita bertabrakan.
Percikan listrik itu menyengatku dan aku senang karenanya.
Janji
untuk bertemu itu terus aku pegang. Entah kamu juga melakukan yang
sama atau tidak aku tak pernah tahu. Sebab aku tak ingin
menanyakannya padamu. Aku takut saat aku bertanya aku malah
mendapatkan jawaban yang tak aku inginkan. Namun akan lebih
menakutkan jika ternyata kamu memegang janji yang sama. Berarti kita
harus sama-sama menepatinya untuk memenuhi harapan masing-masing.
“Menikahlah
denganku.”
Aku
berharap suatu saat ketika kita memang dipertemukan kembali, kamu
akan meminta hal yang satu ini padaku. Sebab aku ingin tak terpisah
lagi darimu. Kamu yang membuatku percaya bahwa cinta sejati itu ada.
Ada seseorang yang benar-benar membuat dadamu sesak karena rasa itu.