Rinai
hujan menunjukkan padaku bahwa Bumi Khatulistiwa ini pun bisa menjadi
dingin dan membekukan tulang. Berkali-kali aku hanya bisa membuka
lini masa twittermu. Membaca semua kicauan yang kamu tulis. Berharap
kamu menyapaku lebih dulu. Berharap kamu mengucapkan selamat pagi
padaku. Walaupun aku tahu itu tak mungkin kamu lakukan. Kamu berbeda.
Sangat berbeda. Itu yang membuatku tergila-gila.
Kamu
itu dimensi laki-laki yang tak pernah aku temui sebelumnya. Biasanya
aku bertemu dengan laki-laki yang akan mengejarku habis-habisan atau
meninggalkanku begitu saja. Kamu memang meninggalkanku tapi dengan
sisa harapan yang membuatku menunggu.
Hari
ini hari ulang tahunku. Dari pagi aku berharap akan ada kata selamat
ulang tahun darimu. Meskipun dalam bahasamu pasti kamu akan
mengatakan 'selamat hari jadi'. Semua orang, seisi lini masa tak
henti-hentinya memberikan ucapan padaku. Sedangkan kamu berkicau
tanpa menyadari kehadiranku.
Aku
ragu dengan perasaanmu. Tapi aku yakin dengan perasaanku sendiri.
Bahwa aku memang jatuh cinta padamu. Jatuh cinta sejak pertama kali
aku makan satu meja denganmu waktu itu. Entah sekarang kamu
mengingatnya atau tidak.
“Selamat
hari jadi.”
Kamu
tahu, aku mengguncang dinding kamarku hari itu. Memeluk tembok dan
berharap bisa berbicara dengan pintu dan mengatakan betapa bahagianya
aku waktu itu. Waktu kamu mengingatnya akhirnya. Sudah hampir lewat
waktunya tapi kamu mengingatnya dan menjadi orang yang terakhir
mengucapkannya hari itu.
Lalu
kita membuat janji untuk bertemu.