Honeylizious.com – Sebenarnya dibandingkan berada di dalam lingkaran debat kusir,
saya lebih suka hanya menjadi penonton di belakang dan berusaha untuk
tidak terlibat. Sebab debat kusir itu melelahkan. Makan energi dan
tenaga tetapi hasilnya? Sebab sekarang ini debat kusir lebih banyak
terjadi di sosial media. Belum lagi saat debat kusir jarang kita
temukan orang yang mau menerima pendapat orang lain. Kalaupun ada
barangkali itu ditunjukkan sebagai jalan untuk menghentikan debat
kusirnya. Orang yang melakukan debat kusir sejak awal sudah punya
pendapat pribadi masing-masing.
Tentunya
pendapat tersebut dia yakini sebagai yang paling benar. Kita sendiri
juga bisa jadi adalah orang yang seperti itu. Beranggapan bahwa
pendapat kita adalah yang paling benar. Paling bahaya ketika bertemu
orang yang sama-sama ngotot sama pendapatnya masing-masing di sosial
media. Dapat dipastikan akan terjadi debat kusir yang tak ada
habisnya. Lebih parah lagi bila terjadi yang namanya 'twit war'.
Sebab kalau sudah gondok banget sama orang yang memiliki pendapat
berbeda ya pada akhirnya emosi bisa terpancing. Dari debat kusir
menjadi twitwar. Itu juga sangat melelahkan.
Kecuali
untuk orang-orang yang twitwar untuk menyatakan fakta yang
sebenarnya, saya lebih respek, tapi beda cerita kalau hanya
memaksakan pendapat pribadi. Lebih baik sih menuangkannya dalam
bentuk tulisan panjang di blog dibandingkan menuliskannya di sosial
media yang tentunya punya ruang batas, apalagi jika dilakukan di
twitter. Parahnya debat kusir banyak terjadi di twitter yang berubah
menjadi twitwar.
Daripada
capek maksain pendapat sendiri pada orang yang sudah memiliki
pendapat 'benar' versi dia mendingan sih memang dituliskan di blog
panjang lebar sehingga lebih mudah dipahami. Sebab debat kusir kadang
sudah tak jelas mana ujung pangkalnya. Dengan menuliskan pendapat
yang kita yakini sebagai kebenaran setidaknya orang lain, yang belum
punya pendapat atau bahkan tak tahu apa-apa setidaknya mendapatkan
informasi baru bagi dirinya.
Ah
debat kusir, melelahkan.