Kalau
membaca koran lokal di Kalimantan Barat pasti akan tercengang dengan
pernyataan yang dikeluarkan oleh Gubernur Kalimantan Barat Cornelis
yang menyatakan bahwa tanpa jalan yang ada di wilayah timur
Kalimantan Barat pun 'kita' masih bisa hidup. Kita yang mana yang
beliau maksud? Semua warga Kalimantan Barat atau kita antara dia dan
keluarganya saja? Buat orang yang tidak hidup di wilayah timur
Kalimantan Barat memang jalan yang rusak di sana tidak memberikan
dampak apa-apa padanya.
Tapi
pernahkah kita memikirkan jalanan yang rusak itu dampaknya bagi orang
yang hampir setiap hari melewatinya? Saya yang hanya lewat dua kali
waktu berangkat ke Sintang dan kembali lagi ke sini saja sudah sport
jantung. Saya sudah ikhlas jika memang terjadi musibah seperti bus
terpeleset di dalam lubang kemudian tumbang. Sudah sangat ikhlas
apabila memang Tuhan menjadikan jalan tersebut untuk mencabut nyawa
beberapa orang yang melewatinya.
Buat
beliau, Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis yang tinggal merogoh
koceknya untuk membeli tiket pesawat memang jalanan yang rusak tak
akan membuat dirinya terguncang-guncang di dalam bus selama menuju
wilayah timur Kalimantan Barat. Tidak akan mengalami kepala pusing
karena jalanan sedemikian parah rusaknya. Kita seperti naik roller
coaster tanpa pengaman sama sekali. Jatuh jurang. Tumbang. Masuk
lubang. Mogok di jalan. Itu semua adalah risiko yang harus dihadapi
orang yang melewatinya.
Kemudian
pernyataan Gubernur Kalimantan Barat itu mendapat tanggapan dari
masyarakat yang menyatakan bahwa tanpa Cornelis pun 'kita' semua juga
masih bisa hidup. Menarik. Karena dua pernyataan itu sangat benar.
Cornelis memang benar tanpa jalan itu 'kita' bisa hidup. Kita yang
bisa membeli tiket pesawat. Kita yang tak perlu melewati jalanan yang
berlubang dan hancur lebur di wilayah timur Kalimantan Barat. Kita
yang tidak tinggal di wilayah timur.
Lalu
pernyataan lainnya yang menanggapi pernyataan Cornelis juga benar.
Sebab dulu, saat masih kecil saya tidak pernah tahu siapa gubernur
Kalimantan Barat dan ternyata tetap bisa hidup tanpa Cornelis.
Walaupun saya tidak tahu siapa gubernur Kalimantan Barat saat saya
kecil dulu, saya yakin dan pasti orangnya bukan Cornelis.