Honeylizious.com
- Dongeng-dongeng di majalah Sahabat Pena itu membuat seorang gadis
kecil berusia 8 tahun memutuskan untuk menjadi penulis saat dia besar
nanti. Dia harus berlatih menulis. Dia mengambil buku tulisnya dan
mulai mengarang ceritanya sendiri. Dia membaca dongeng di majalah dan
membuat dongeng yang sama tetapi dengan versi yang berbeda. Dengan
ending yang jauh lebih dia sukai. Sebab dia yakin cerita itu masih
butuh perbaikan lagi di sana-sini. Dia kurang suka dengan akhir
cerita tersebut.
Lama-lama
dia akhirnya menemukan jalan menulisnya sendiri. Sekolah dasar dia
habiskan hanya untuk menulis setiap hari. Dibandingkan belajar yang
lain dia lebih suka menulis. Menghabiskan semua waktu luangnya hanya
untuk mengarang cerita. Tanpa henti. Tapi dia tak pernah memikirkan
10-20 tahun ke depan apa yang akan terjadi dengan semua tulisannya.
Dia hanya suka menulis. Itu sudah cukup bagi seorang gadis kecil
berusia 8 tahun yang duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar. Tak perlu
alasan yang lain.
Namun
menulis saat belia seperti itu bukan tanpa tantangan. Selain dia tak
punya uang yang banyak untuk membeli buku dan pulpen yang baru.
Apalagi dia juga belum punya penghasilan sendiri. Jadi banyak buku
yang seharusnya dia gunakan untuk mencatat habis hanya untuk menulis
cerita khayalannya.