Pagi
itu saya menemukan ekspresi yang sangat aneh di wajah Putra, suami
saya. Sehari sebelumnya dia demam panas. Wajahnya sedikit pucat.
Sebab memang hari Jumat itu, tanggal 31 Oktober, Abah saya akan
datang untuk melancarkan proses pernikahan kami. Tentunya kami
membutuhkannya sebagai wali. Putra dilanda cemas. Dia bingung karena
sebelumnya belum pernah berhadapan dengan situasi yang seperti ini.
Ya ini memang pernikahan kami untuk pertama kalinya. Semoga untuk
yang terakhir juga.
Dia
demam dan terbaring begitu saja di tempat tidur. Sehari sebelumnya
lagi saya yang masuk angin dan muntah-muntah. Tetapi sepertinya
karena memang saya telat makan sehingga membuat perut saya kosong dan
diisi angin. Kepala pusing dan migrain melanda saya berjam-jam.
Sampai malam. Malamnya lebih aneh lagi. Saya bertemu dengan 'Dia yang
Cantik'. Pukul 2 dini hari. Suasana yang cukup menyeramkan dan banyak
yang mengatakan barangkali itu adalah roh Putri Junjung Buih.
Wajar
saja semua orang mengatakan demikian sebab kami berdua memiliki darah
Banjar yang mengalir di dalam tubuh kami. Jadi darah Banjar yang saya
dapatkan dari Abah akan terus mengalir ke anak cucu kami nantinya.
Putra
pagi itu sudah mandi pagi-pagi. Setelah saya mandi dia juga segera
mandi. Wajahnya masih aneh meskipun dia tak lagi demam sebab sudah
bertemu dengan Abah dan melihat betapa ramahnya orang tua saya. Dia
lumayan tenang setelah bertemu dan berkenalan dengan Abah. Cukup siap
untuk menghadapi tantangan selanjutnya. Akad nikah. Mengucapkan ijab
kabul. Meresmikan hubungan kami ke jenjang yang lebih tinggi. Suami
istri.
Dia
mengenakan setelan berwarna biru. Sedangkan saya mengenakan kebaya
Melayu kreasi dengan banyak sekali pernak-perniknya. Termasuk Jamang.
Sakit sekali rasanya kepala saya yang memang beberapa hari yang lalu
sempat terserang migrain. Saat menuliskan ini saya sudah lebih tenang
dan kepala saya tidak sepusing kemarin. Apalagi sekarang saya
makannya lebih teratur tidak seperti kemarin yang sempat telat makan
dikarenakan sibuk akad nikah dan berdandan. Sampai lupa makan pagi.
Jadinya masuk angin juga. Beruntung tubuh saya cukup kuat menahan
beban menerima tamu resepsi hingga selesai.