Masih
bicara soal Sintang. Lebih tepatnya bakalan ngomongin soal Bukit
Kelam yang beberapa waktu lalu saya tulis dan saya unggah gambarnya.
Tetapi memang saya tidak masuk ke sana. Sebab hari itu adalah hari
terakhir kami di Sintang dan untuk mendatangi tempatnya saja butuh
waktu dan tenaga. Tenaga yang paling banyak terkuras. Sebab
jalanannya yang hancur dan berlubang. Lagi-lagi masalah jalanan yang
menjadi masalah utama tempat wisata di Kalimantan Barat minim
peminat. Bahkan jarang yang tahu tentang tempat wisata di sini.
Padahal
dengan banyaknya wisatawan. Baik yang dari dalam negeri maupuan luar
negeri yang datang tentunya akan menambah pendapatan daerah dan
membuat warga punya penghasilan tambahan. Dengan membuka penginapan
atau menyediakan tempat makan yang menjual makanan khas. Termasuk
toko yang menjual oleh-oleh. Coba saja kalau kita datang ke Bali. Di
sana, kita dengan mudahnya menemukan toko yang menjual oleh-oleh khas
mereka. Tak tanggung-tanggung ukurannya. Sudah seperti swalayan. Ada
yang buka 24 jam lagi.
Sintang,
menawarkan banyak sekali makanan yang terbuat dari ikan. Terutama
ikan air tawar yang memang melimpah di sini. Bahkan saya mampir ke
rumah keluarga suami di Sintang, saya akan menemukan ikan di meja
makan. Ikan yang masih segar dan manis. Cukup digoreng dan dicocol ke
kecap yang ada cabai dan air jeruknya sudah enak sekali. Bagaimana
orang akan mendatangi Sintang kalau jalanannya hancur lebur seperti
itu?
Lihat
saja pemandangan yang ditawarkan Bukit Kelam seperti digambar yang
saya masukkan ke postingan ini. Sayang sekali jika pemandangan ini
hanya bisa teman-teman lihat melalui foto tanpa pernah bisa
menjejakkan kaki langsung ke tanah hulu Kalimantan Barat ini. Di
bawah Bukit Kelam, Sintang, Kalimantan Barat.