Dari
dulu mengirimkan naskah langsung ke penerbit mayor sebenarnya adalah
hal yang rasanya sangat menakutkan. Belum lagi waktu yang harus
dihabiskan untuk menunggu. Sia-sia. Kadang merasa lebih baik
naskahnya diterbitkan ke blog saja dan mendapatkan pembacanya secara
online, tetapi sekarang saya memberanikan diri untuk mengirimkan
naskah yang sudah saya tulis beberapa waktu yang lalu buat lomba dan
ternyata hanya selesai 30 halaman dihari terakhir.
Saya
rasa Tuhan punya janji yang lain buat saya. Bukan janji untuk
mengikuti lomba. Tapi mengirimkan naskahnya langsung ke penerbit
mayor. Kalau ditolak satu penerbit saya rasa bukan hal yang buruk.
Sebab masih banyak penerbit lainnya yang mencari naskah untuk
diterbitkan. Bisa jadi naskah tersebut cocok di penerbit yang lain
jika memang ditolak oleh penerbit pertama yang menerima naskah saya.
Kalau
ditanya apakah saya cukup percaya diri? Jujur saya sama sekali tidak
percaya diri dengan tulisan saya akhir-akhir ini. Rasanya masih
banyak yang kurang yang harus saya perbaiki. Menulis nonfiksi memang
jauh lebih mudah. Tetapi impian saya selama ini adalah menerbitkan
novel di penerbit mayor. Bukan hanya menerbitkan kumpulan cerita
pendek di Transmedia.
Mengingat
kembali buku kumpulan cerpen Cinta yang akhirnya terbit di penerbit
mayor, Transmedia adalah hal yang tak pernah diduga. Sebab saya sudah
melupakan karya yang saya kirimkan waktu itu. Senang pada akhirnya
buku tersebut terpajang di Gramedia.
Sekarang
memberanikan diri lagi untuk mengirim karya yang lebih panjang dan
lebih kompleks. Novel. Sudah saatnya untuk menerima penolakan dari
berbagai penerbit hingga akhirnya akan benar-benar tembus dan
terpajang di toko buku besar. Mohon doanya ya. :)