Setelah
mencari sekian lama soundtrack yang paling sesuai untuk menulis novel
berikutnya yang akan diikutkan pada lomba akhirnya saya menemukannya.
Sebenarnya ini bukan lagu baru. Sebab sudah lama ada di smartphone
dan komputer saya. Ini sebuah soundtrack film animasi Tinkerbell.
Dinyanyikan oleh Mclain Sisters, berjudul The Great Divide.
Lagu
ini sangat menggambarkan hubungan yang terjalin antara saya dan
Putra. Selama ini saya tak menyadari kehadirannya yang sangat dekat.
Lalu saya juga tak menyadari betapa indahnya jalan yang dipersiapkan
Tuhan untuk kami berdua. Pertemuan yang pada akhirnya membuat kami
berdua hingga hari ini tak terpisahkan sehari pun. Dia yang menunggu
di sana. Telah saya temukan.
Saya
selalu percaya bahwa terkadang kita terlalu sibuk mengejar cinta yang
ada di depan kita padahal cinta yang sebenarnya sedang menunggu kita
untuk berhenti sejenak. Mengistirahatkan hati dan jiwa yang lelah
karena terluka oleh cinta. Cinta itu bersabar menunggu di sana. Ada
kalanya kita harus berhenti. Berhenti mengejar apa yang kita
inginkan. Sebab Tuhan telah menyiapkan apa yang kita butuhkan. Ketika
kita berhenti sejenak, cinta itu pun datang menemukan kita.
Apakah
kamu lebih suka ditemukan atau menemukan cinta yang telah disiapkan
Tuhan untukmu?
Lagu
ini memang sangat indah. Membuat saya menjadi sangat bersemangat
untuk menulis dan tak banyak typo yang terjadi sepanjang pengetikan
tulisan-tulisan untuk blog dan semoga demikian juga buat novel
nantinya. Memang saya akan menuliskan kisah cinta. Kisah seorang
perempuan. Sebenarnya saya lebih suka menulis dari sudut pandang
laki-laki walaupun banyak sekali kisah yang saya tulis selalu tokoh
perempuan yang menjadi tokoh utamanya. Memang sih akan lebih mudah
menyelami sudut pandang kita sendiri dibandingkan sudut pandang lawan
jenis kita. Tetapi menuliskan sudut pandang lelaki dari sisi
perempuan sebagai penulisnya kadang menghadirkan warna yang berbeda.
Bahasa yang terasa lebih pekat.
Saya
sedang mempersiapkan dua judul yang paling cocok. Kemungkinan besar
adalah Kulminasi. Sebab settingnya nantinya adalah Kota Pontianak.
Akan sangat menyenangkan menuliskan tentang kisah cinta yang terjadi
di Pontianak beserta semua kebudayaannya. Kebudayaan yang saya lihat
setiap hari. Bahasa Melayu yang kental. Warung kopi yang berdiri
sepanjang jalan Jalan Gajah Mada.
Menang
atau tidak novel itu nantinya, menurut saya yang paling penting
adalah bagaimana Pontianak bisa dikenal banyak orang termasuk
kebudayaan di dalamnya. Setidaknya mengenalkan Kalimantan Barat ke
seluruh Indonesia adalah pekerjaan rumah yang selalu ingin saya
rampungkan. Saya tak bisa menunggu orang lain yang mulai untuk
menuliskannya sebab sampai sekarang tak banyak orang yang tertarik
untuk menulis lebih banyak tentang kotanya sendiri.
Hanya
beberapa teman yang saya kenal yang masih menuliskannya hingga hari
ini. Pelan-pelan memang langkah yang kami lakukan. Sangat kecil
pekerjaan yang kami rampungkan. Namun setidaknya sudah ada yang
membuat jalan di tengah hutan belantara ini untuk diteruskan oleh
anak cucu nantinya yang juga akan menyelesaikan semuanya.
Kamu
menggunakan soundtrack apa untuk novelmu yang sekarang?