Pernahkah
kita berhutang dengan seseorang yang pada akhirnya kita sendiri tak
mampu untuk membayarnya? Si teman menagih tanpa henti tapi jawaban
kita selalu belum dan belum lagi-lagi belum? Memiliki hutang
sebenarnya sesuatu yang cukup menakutkan bagi saya sebab itu artinya
ada sesuatu yang menyangkut kita yang harus dilunasi dengan orang
lain. Apalagi kalau sampai kita sendiri ternyata kesulitan
menyelesaikannya.
Ada
cerita tentang seseorang yang memiliki hutang dengan saya dua tahun
yang lalu, kurang lebihnya. Saya menagih karena memang itu kewajiban
saya untuk mengingatkan bahwa dia lebih baik menyelesaikan semuanya
di dunia. Saya tidak ingin ada sangkut paut dengannya di akhirat
nanti. Alangkah menyebalkannya nanti jika kita harus membayar hutang
di dunia dengan amalan kita yang tak seberapa di akhirat nanti. Itu
yang selalu saya ingatkan pada diri saya sendiri.
Seseorang
ini juga saya ingatkan demikian. Lebih baik baginya untuk
menyelesaiakannya di dunia saja dengan jumlah uang yang sama dengan
hutangnya. Tak ada pembayaran menggunakan amalan dan menunggu hari
akhir nantinya. Lalu kemarin sore seseorang ini ternyata meninggal
dunia. Saya sebenarnya tidak begitu menyayangkan jumlah uang yang
merupakan hutangnya tersebut. Sebab setiap hari Tuhan selalu
menggantinya dengan rezeki yang lebih banyak lagi. Sangat banyak
malahan. Berkali-kali lipat jumlahnya.
Untungnya
saya masih ada di dunia ini untuk merelakan kepergiannya dan
menyelesaikan semuanya di dunia saja. Kalau memang ada yang ingin
melunasi alangkah lebih baik. Kalau memang tidak ada mengikhlaskan
tentunya jauh lebih baik lagi. Saya jadi ngeri mengingat pembicaraan
kami sekitar setahun yang lalu saat saya mengingatkan dirinya untuk
melunasi hutang tersebut. Saya tak akan menyebutkan namanya karena
memang seseorang yang memiliki hutang piutang dengan saya ini sudah
meninggal dunia dan akan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di
dunia.
Melalui
tulisan ini saya hanya ingin mengingatkan betapa pentingnya untuk
menyelesaikan semua hutang yang ada di dunia ini dalam bentuk uang
saja. Tak perlu menunggu terlalu banyak uang untuk membayarnya. Lebih
baik menahan semua keinginan sebelum melunasi semua hutang tersebut.
Karena memiliki hutang itu rasanya tak bisa tidur dengan tenang dan
makan pun rasanya tak enak. Selalu ada yang mengejar di belakang.
Setiap
orang yang meninggal dunia juga akan ditanya apakah si mati ini punya
hutang yang belum dibayar? Sehingga dapat kita tangkap bahwa membayar
hutang itu bukan perkara yang bisa dikesampingkan begitu saja. Ada
sesuatu yang akan terjadi saat kita melupakannya. Jangan sampai
urusannya dibawa ke akhirat. Ini akan menjadi masalah yang baru untuk
pihak yang berhutang. Apalagi kalau yang menjadi pihak pemberi hutang
tak merelakan jumlah uang yang sudah dipinjamkan.
Buat
seseorang itu, tidurlah dengan tenang di sana. Kami di sini mendoakan
semoga kuburmu dilapangkan dan terang selalu. Semoga malaikat
menyambutmu dengan suka cita dan bumi bergembira menerima jasadmu.
Pejamkan mata. Biarkan yang di dunia menyelesaikan perkara duniamu.
Tuhan akan mengampuni dosa-dosamu dan mencatat amalanmu. Selamat
jalan kawan. Selamat beristirahat untuk selama-lamanya.
Apabila
tiba saatnya nanti kami akan menyusulmu di sana dan kita akan bertemu
kembali. Semoga kita semua dipertemukan di taman firdaus yang penuh
dengan bidadari yang menggandeng kita ke istana yang paling megah di
dalam sana. Semua kenangan tak akan pernah terlupakan dan bagaimana
pun buruk dan baiknya pertemanan kita, kamu tetap menjadi seseorang
yang pernah aku sebut sebagai kawan dan abang. Maaf tak sempat
melihat wajahmu untuk yang terakhir kalinya. Tenanglah di sana.