Ada
yang menanyakan apakah saya mengalami yang namanya sindrom pra nikah
atau tidak? Ternyata saya tidak mengalaminya saudara-saudara. Sebab
saya terlalu senang menghadapi semua yang akan saya sebut sebagai
'awal kehidupan'. Ada orang yang barangkali akan mengalami yang
namanya 'pudar keyakinan' pada pasangan. Tiba-tiba merasa:
'jangan-jangan dia bukan yang terbaik untukku?' atau istilah kerennya
'maybe he is not the one?'. Masih banyak lagi hal-hal yang membuat
seseorang dikategorikan sebagai penderita sindrom pra nikah.
Biasanya
sindrom ini akan hilang seiring selesainya acara pernikahan tersebut
nantinya. Kalau saya sendiri orangnya bukanlah orang yang terobsesi
dengan kesempurnaan. Bagi saya sendiri semua yang terjadi dalam
kehidupan ini adalah proses. Tak ada jodoh yang benar-benar cocok
dengan kita sejak di awal pernikahan. Di dalam pernikahan nantinya
kita akan saling mencocokkan satu sama lain. Namanya juga memulai
hidup baru, akan ada sandungan kecil sebagai pelengkap cerita
pernikahan tersebut.
Bukankah
sebuah kapal tak akan pernah bisa bergerak jika tak ada angin dan
gelombang. Semua masalah yang dihadapi kedua pengantin nantinya
adalah gelombang dan angin yang menggerakkan kapal menuju pelabuhan.
Nikmati semua perjalanan itu. Badai dan hujan bukan rintangan. Sebab
kapal yang kuat tetap akan melewatinya hingga kita mengatakan bahwa
kita sudah sampai.
Jangan
tanya soal pakaian pengantin dengan saya. Saya orangnya tak begitu
rewel. Saya tak butuh waktu berjam-jam hanya untuk memilih pakaian
pengantin yang akan saya kenakan di hari kami bersanding sebagai raja
dan ratu sehari. Saya sudah menemukannya dalam waktu 10 menit saat
berada di rumah pakaian pengantin. Mencobanya sebentar dan selesailah
pemilihan pakaian untuk bersanding tersebut. Sedangkan untuk akad
nikah sudah dipilihkan oleh calon suami. Dia mengatakan suka, ya
sudah saya terima saja. Saya tak akan menolak atau rewel soal pakaian
pilihannya.
Lalu
makanan? Semua sudah diserahkan pada calon kakak ipar dan calon ibu
mertua. Kami hanya menitipkan sejumlah uang. Mau apa yang mereka
sediakan saya tak begitu ambil pusing. Selama mereka bisa mengatakan
mereka akan memasak makanan yang lezat untuk semua tamu undangan, itu
sudah lebih dari cukup untuk saya. Saya hanya tahu mereka
merencanakan akan menyediakan tiga masakan. Satu nasi lengkap, dua
bakso, dan tiga bubor paddas. Tentu saja makanan yang ketiga, bubor
paddas harus ada di sana. Sebab keluarga ibu saya berasal dari
Kabupaten Sambas dan makanan khasnya adalah bubor paddas.
Bahkan
souvenir juga sudah dipersiapkan oleh semua kakak ipar yang dengan
baiknya membuatkannya. Saya terharu melihat bagaimana persiapan yang
mereka lakukan untuk mempersunting saya sebagai menantu, istri, dan
adik ipar. Ini semua lebih dari yang selama ini saya harapkan. Belum
lagi saat melihat bagaimana sibuknya mereka semua. Bahkan sejak
sebulan yang lalu mereka sudah sedemikian sibuknya. Lewat semua
perhatian mereka saya merasakan bagaimana cara mereka menunjukkan
cinta mereka sebagai sebuah keluarga.
Saya
menemukan sesuatu yang selama ini saya cari. Kehangatan keluarga
tanpa ada rasa takut terhadap seseorang yang selama ini membuat
kehidupan saya terancam. Di sinilah saya akan memulai kehidupan baru
yang sebenarnya. Menjadi seorang istri, menantu, dan adik ipar
diwaktu yang sama.
Bagaimana
mungkin saya akan mengalami yang namanya sindrom pra nikah. Inilah
keluarga yang paling baik yang pernah saya dapatkan untuk menjadi
keluarga saya berikutnya. Calon suami saya adalah laki-laki terbaik
yang akan membimbing saya menjadi seorang istri. Dari ibu mertua saya
juga melihat banyak sekali kasih sayang yang dia persiapkan untuk
menyambut satu-satunya menantu perempuannya. Apakah ada yang lebih
menyenangkan dari hal tersebut?
Jangan
tanya lagi soal sindrom pra nikah karena saya sama sekali tak
mengalaminya.