Setiap
kali hujan turun yang membuat Pontianak menjadi lebih dingin dan saya
menggigil pastinya saya selalu senang menjepret hujan yang turun.
Jalanan yang basah. Awan yang menggumpal di langit. Sungai yang
riaknya semakin banyak. Lalu orang-orang yang kuyup. Banyak hal yang
kemudian menjadi lebih menarik di bawah rintik hujan yang semakin
lama semakin deras.
Sebut
saya seorang pemotret hujan. Karena hujan yang dingin membuat saya
merasa banyak sekali yang terlihat lebih indah. Meskipun lebih dingin
dibandingkan biasanya. Memang menyenangkan bisa melihat langit yang
seakan-akan bisa runtuh ke bumi. Bahkan awan membentuk berbagai hal
di atas sana, membuat semua yang memperhatikan menjadi lebih
terpesona.
Setiap
kali hujan turun rasanya memang menyenangkan. Itu kalau saya sedang
tidak terburu-buru akan mendatangi sebuah tempat. Jika saya bisa
berada di dekat jendela. Menyaksikan hujan yang turun ke bumi.
Membawa kabar dari atas sana. Bahwa rezeki sudah disebar ke seisi
dunia yang dibasahinya. Air. Setiap air yang turun itu berarti
berkah. Tak dapat kita bayangkan jika di dunia ini tak ada air lagi.
Apa yang akan kita minum?
Pepatah
lama yang mengatakan bahwa air adalah sumber kehidupan akan selalu
abadi. Karena memang kita tak bisa hidup tanpa air. Kita bisa hidup
tanpa internet. Tanpa listrik. Bahkan tanpa makanan. Namun jangan
minta kita hidup tanpa air. Jangankan manusia. Hewan dan tumbuhan
juga akan mati tanpanya. Itu sebabnya saya selalu merasa hujan yang
turun itu membahagiakan. Ada kabar baik di sana. Kabar baik yang
mengatakan bahwa masih ada kehidupan untuk kita.
Itu
sebabnya saya selalu ingin mengabadikan wajah hujan yang menyentuh
bumi. Termasuk awan yang menggumpal. Beterbangan ke mana-mana.
Apalagi kadang hujan punya selera humor yang tinggi. Dia bisa
membasahi Jalan A. Yani di satu jalur saja dan jalur lainnya kering
kerontang. Orang-orang akan menertawakan orang yang kebasahan di
jalur yang berlawanan arah dengannya.
Hujan,
panggil aku pemotret hujan.