Menulis
itu sesuatu yang menyenangkan. Itu yang selalu ada di dalam kepala
saya. Sama seperti anak-anak yang bermain dengan air sabun dan
meniupnya untuk membentuk gelembung sabun sebesar mungkin.
Menyenangkan. Atau untuk orang yang suka memancing, berjam-jam bisa
habis di pinggiran sungai hanya untuk menunggu umpannya dimakan oleh
ikan. Tak peduli ikannya besar atau tidak. Bahkan ada kemungkinan
waktunya akan terbuang sia-sia tanpa mendapatkan satu ekor ikan pun.
Menikmati prosesnya itu yang menyenangkan.
Begitu
juga dengan menulis. Tidak pernah memikirkan hasil akhirnya akan
seperti apa. Menulisnya sudah sangat menyenangkan. Sejak memutuskan
untuk menjadi penulis suatu hari nanti. Mimpi seorang anak kecil yang
masih duduk di bangku sekolah dasar. Tak pernah terpikirkan mengenai
apakah dengan menjadi penulis saya bisa menghidupi diri saya. Apakah
saya akan mampu menanggung kehidupan orang tua saya saat mereka
menua. Tak ada pikiran apa pun karena memang waktu itu masih terlalu
kecil buat memikirkan tentang hal tersebut. Tak ada sama sekali
pikiran lain kecuali saya ingin menjadi penulis suatu hari nanti.
Setiap
hari. Saya menulis. Dengan kertas bekas pun jadi. Menggunakan pensil
pun tak masalah karena sering saya kehabisan tinta pulpen karena
kebanyakan menulis. Belum lagi semua omelan yang harus saya terima
karena tak ada kegiatan lain yang saya lakukan saat ada waktu luang.
Saya menulis saja. Di rumah. Di sekolah. Semuanya saya lakukan untuk
mencapai apa yang saya inginkan. Padahal waktu itu mustahil sekali
bagi saya untuk menjadi penulis. Mengirimkan tulisan ke mana saja
saya tak tahu. Bahkan tulisan saya masih kacau balau.
Namun
semua latihan yang saya lakukan berbuah sangat manis. Saat ada tugas
menulis dari pembina pramuka untuk menceritakan kembali bagaimana
perjalanan kami di tempat latihan pramuka, saya mendapatkan nilai
tertinggi. Belum lagi pujian secara khusus yang saya dapatkan dari
kakak pembina yang mengatakan bahwa tulisan saya bagus sekali. Lalu
harapan untuk menjadi penulis semakin besar. Ingin saya capai semua
yang saya inginkan itu.
Sekarang
saya sudah mencapainya. Saya benar-benar menjadi seorang penulis.
Penulis blog. Penulis buku. Padahal rasanya semua itu sedemikian jauh
untuk dicapai. Listrik saja belum ada waktu itu di kampung saya.
Bagaimana ceritanya saya akan menjadi penulis. Untuk membeli kertas
yang lebih bagus untuk karya saya saja berat rasanya. Tapi semua
usaha saya sejak kecil dulu tak pernah sia-sia. Bahkan sekarang saya
sadar betapa pentingnya kemampuan menulis untuk kehidupan kita
kedepannya. Banyak sekali orang yang membutuhkan seseorang yang bisa
menulis. Setidaknya dengan baik untuk membuat tulisan yang sesuai
dengan yang mereka inginkan.
Membudayakan
menulis itu juga sama pentingnya dengan membudayakan mandi atau
menyikat gigi. Saat kita melakukannya terus-menerus setiap hari akan
ada yang kurang dalam kehidupan kita jika kita meninggalkannya.
Apalagi sampai hiatus sedemikian lamanya. Harus saya katakan kalau
tidak karena menulis saya tidak akan pernah menjadi diri saya yang
sekarang. Tidak akan pernah bisa menuliskan banyak sekali cerita
tentang Kalimantan Barat. Saya juga tak akan pernah bisa membuat
kedua orang tua saya sebangga sekarang. Bagaimana mereka menyebut
semua pencapaian saya dengan bangga.
Rasanya
sayang jika kita tak menyisihkan sedikit waktu dari kehidupan kita
untuk menuliskan banyak sekali kenangan yang pada akhirnya akan
menjadi sejarah untuk diri kita sendiri. Banyak anak cucu kita yang
tentunya akan merasa sangat terbantu dengan kehadiran tulisan-tulisan
kita di masa depan. Saat kita sudah tak ada nanti. Hanya tulisan kita
yang akan tersisa untuk mereka baca.
Masih
ragu untuk menulis?