Membuat
deadline jangan kepalang tanggung. Kalau bisa sepertiga dari waktu
yang kita butuhkan untu menulis. Karena saya pernah membaca bahwa
manusia biasanya hanya mencapai setengah dari targetnya. Jadi kalau
misalnya kita menargetkan akan kelar membaca Al-Quran dibulan
Ramadhan bisa mencapai 6 kali khatam biasanya yang akan terjadi
adalah kita akan menyelesaikan 3 kali saja. Syukur kalau memang
sesuai dengan yang kita targetkan. Itu lebih baik lagi.
Begitu
juga saya pikir mengenai deadline. Semakin panjang yang diberikan
untuk menyelesaikan sebuah tulisan kita akan semakin manja. Merasa
waktu masih sangat banyak untuk menyelesaikannya. Padahal coba
deadline itu kita perpendek dan kita anggap sebagai sebuah hutang.
Bagaimana jika hutang tidak dibayar? Siap-siap ada yang mengetuk
pintu kita dan membawa banyak algojo yang siap menyantap kita jika
kita tak membayar semua hutang tersebut.
Menulis
memang harus kita biasakan dengan membuat deadline, kalau memang
punya waktu menulis setiap hari menulislah setiap hari. Setidaknya 30
menit saja dalam sehari. Entah itu dua sampai tiga halaman. Coba
bayangkan kita menulis 3 halaman sehari, satu bulan kita sudah
menyelesaikan 90 halaman. Novel biasanya terdiri dari 100-150 halaman
sudah cukup. Kalau memang ingin menulis lebih panjang tentu saja akan
jauh lebih baik. Dengan satu spasi. Cukup rapat memang. Tapi tak ada
yang tak mungkin selama kita mau mencoba. Rasanya sayang jika banyak
waktu kita yang terbuang sia-sia hanya untuk hal-hal yang tak kita
perlukan.
Apa
yang kita perlukan untuk menyelesaikan sebuah tulisan? Deadline.
Tenggat waktu. Jadwal. Buatlah semua yang kita perlukan untuk
benar-benar menyelesaikan tulisan tersebut.