Sebuah
rumah roti dan permen sudah siap meramaikan acara Walimahan kami
nantinya. Sebentuk rumah yang berukuran sedang berada di tengah ruang
tamu. Menunggu hari besar itu berlangsung dan semua tamu hadir
menjadi saksi dua anak manusia dipersatukan dalam pernikahan yang
suci.
Home
sweet home. Inilah yang paling tepat menamai rumah permen dan roti
yang manis ini. Anak-anak akan berebutan mengambil roti dan permennya
nanti saat diserahkan. Benda ini menjadi satu di antara banyak barang
seserahan yang akan dipajang selama akad nikah dilangsungkan. Selain
dengan pokok telok dan banyak barang lainnya. PokokTelok yang dipersiapkan juga sangat indah.
Jujur
saya merasa benar-benar menjadi Tuan Puteri yang disambut dengan suka
cita oleh keluarga besar Putra ini. Seakan-akan saya benar-benar
menjadi orang yang ditunggu oleh mereka. Selama ini saya pikir
pernikahan-di-KUA akan menjadi hal yang terbaik yang akan
terjadi di dalam kehidupan saya. Namun saat pernikahan itu akan
dilangsungkan beberapa hari lagi saya sadar satu hal. Bahwa pesta
juga tidak terlalu buruk kok. Meskipun kami tak kebagian gedung yang
indah untuk melangsungkannya. Sebab pernikahan yang hanya
dipersiapkan selama 6 minggu sudah tak memungkin bagi kami untuk
menemukan gedung yang masih bisa disewa.
Kebanyakan
orang menyewa gedung setahun sebelum pesta dilangsungkan. Apalagi
kami menikah pada lebaran haji. Hari di mana banyak sekali orang yang
menikah. Selain kami juga banyak sekali orang yang sibuk menyebarkan
undangan.
Saat
melihat rumah roti dan permen itu saya merasa saya akan benar-benar
menjadi seorang istri dan ibu di rumah yang nyaman bersama suami
nantinya. Bersama anak-anak yang akan meramaikan rumah kami. Sudah
tak sabar ingin mendapatkan bayi mungil yang bisa saya ajak bermain
bersama. Termasuk juga akan saya ajak menulis di blog ini setiap
hari.
Dapat
dibayangkan di 'home-sweet-home' nantinya, anak kami akan menjadi
bagian yang paling penting dan selalu menjadi penyemangat saya setiap
hari. Membayangkannya saja saya sudah merasa senang. Apalagi jika
benar-benar menimang seorang bayi di pangkuan saya sebenarnya. Bayi
yang putih dan lucu. Lalu memanggil saya Umak. Bagian dari diri saya
yang menjadi sesosok manusia yang akan sangat saya sayangi.
Lalu
saya akan mengerti bagaimana rasanya menjadi seorang ibu. Banyak yang
bilang bahwa kita akan menyadari betapa besar jasa seorang ibu saat
kita berada di posisi melahirkan anak kita juga. Lalu Umak akan
menjadi seorang nenek. Umak yang sudah berusia 50 tahun memang tak
pernah mengatakan betapa dia ingin mendapatkan seorang cucu. Tapi
saya mengerti betapa dia ingin kami semua memiliki keturunan yang
meneruskan keluarga kecil kami.
Home
sweet home. Akhirnya aku akan memilikinya. Bersama seseorang yang
sangat menyayangiku. Lalu dengan sabar menghadapi semua
drama-dramaku. Dia yang mau memahami dan mendengar. Semakin lama
mengenalnya aku merasa aku tak salah jatuh cinta padanya. Dia memang
pantas untuk dicintai dengan tulus dan dijadikan suami. Dia yang pada
akhirnya akan mengucapkan ijab kabul untukku. Dia yang kupanggil
'suami'.